Hari sabtu kemaren, baru saja
hasil seleksi SNMPTN diumumkan, dan bagi yang diterima selamat ya, kalian udah
resmi jadi MABA (Mahasiswa Baru). Dan bagi yang belum diterima, kalian jangan
patah semangat, karena masih banyak jalan untuk bisa menuju PTN yang kalian
inginkan.
***
Pengumuman SNMPTN kemaren, gue
jadi teringat setahun yang lalu, dimana gue juga mengikuti seleksi SNMPTN. Ketika
pengumuman seleksi SNMPTN tahun kemaren, gue melihat hasil pengumuman itu
bersama keempat sahabat gue, mereka adalah sebut saja : Fahri, Evan, Eki, dan
Adi.
Sebelumnya kita berlima gak
janjian untuk melihat hasil pengumuman itu bersama-sama, karena rencananya
hasil pengumuman bisa dibuka pada pukul 17:00 WIB, tapi ketika siang hari kita
berlima sengaja lagi kumpul buat main bareng, tiba-tiba ada info kalau hasil
pengumuman SNMPTN bisa dibuka pukul 12:00 WIB.
Ya kita semua yang mendengar info
itu, setelah sholat dzuhur berjamaah, dan berdoa dengan khusyu, berharap ketika
kita buka hasil pengumumannya, kita semua dapat diterima di PTN yang kita
inginkan. Keluar dari masjid, kita langsung menuju warnet terdekat untuk
melihat hasil pengumuman.
Masuk ke dalam warnet, perasaan
kita tegang (dag-dig-dug) untuk melihat hasil pengumumannya. Dan dengan menyewa
satu komputer, satu persatu dari kita mengecek hasil pengumumannya. Adi menjadi
orang pertama dari kita, untuk melihat hasil pengumumannya. Ketika Adi mengecek
hasil pengumumannya, di layar komputer mengatakan bahwa Adi diterima di ITS
program studi Teknik Elektro.
Kita semua senang melihat Adi
diterima di ITS, dan sekarang Adi sudah maju selangkah dari kita, menemukan
jalannya untuk bisa menggapai impiannya. Tapi kesenangan kita karena Adi, belum
sepenuhnya menjadi kebahagiaan bagi kita, karena kita berempat belum melihat
hasil pengumuman kita sendiri. Apakah nasib baik akan berpihak pada kita juga,
mengikuti jejak Adi diterima di SNMPTN, atau kita harus berusaha lebih keras
lagi untuk bisa menyusul Adi di PTN, dengan mengikuti SBMPTN atau UM lainya.
Dan kita berempat secara
bergantian melihat hasil pengumumannya. Fahri menjadi orang kedua untuk melihat
hasilnya, setelah di cek, sayang sekali nasib baik belum berpihak pada Fahri
untuk bisa diterima di PTN. Setelah mengatahui hasilnya, terlihat sekali wajah
Fahri yang merengung, dan meratapi kegagalannya.
Melihat Fahri yang tidak
bersemangat, gue,Evan, dan Adi, langsung menyemangati Fahri, sedangkan Eki
bergantian dengan Fahri untuk melihat hasilnya. Ketika Eki membuka hasilnya,
lagi-lagi nasib baik belum berpihak pada Eki. Setelah melihat hasilnya, Eki
langsung keluar dari bilik komputer dan menghampiri kita. Gue pun mempersilakan
Evan untuk melihat hasil pengumumannya duluan, sedangkan gue dan Adi masih
terus menyemangati Eki dan Fahri yang gagal lolos seleksi.
Dua menit kemudian Evan keluar
dari bilik komputer, dengan muka yang berseri dan tersenyum pada kita. Kita
semua menyambut senyuman Evan itu dengan bahagia, tapi setelah Evan
menceritakan hasil pengumumannya, gue gak ngira kalau Evan juga gagal lolos
seleksi SNMPTN. Dan yang gue lihat ketika itu, Evan gak merasa murung atau sedih,
aura rasa semangat Evan masih terus ada dalam dirinya. Dan walaupun gagal juga,
tapi dia masih tetep terus memberikan rasa semangat itu kepada Fahri dan Eki.
Dan tak berapa lama, Evan
menyuruh gue untuk melihat hasil pengumumannya. Gue langsung masuk ke dalam
bilik komputer. Di depan layar komputer, perasaan gue semakin tegang, apakah
nasib baik gue akan mengikuti jejak Adi, yang dengan bangga bisa melepas masa
putih abu-abu ini, dengan diterima di PTN yang gue inginkan, lalu memulai
langkah gue untuk menggapai cita-cita gue. Atau malah gue akan menemani keempat
sahabat gue, berusaha lebih keras lagi untuk bisa diterima di PTN.
Sambil membaca doa, berharap gue
juga bisa diterima, gue memasukan no peserta dan tanggal lahir gue. Setelah
klik tombol “lihat hasil”, tak berapa lama muncul pengumuman di layar komputer,
yang mangatakan bahwa, “Anda dinyatakan tidak lulus seleksi SNMPTN 2014”.
Ketika gue mengetahui hasilnya,
dan gue dinyatakan tidak lulus. Perasaan gue ketika itu, rasa semangat yang ada di diri gue sebagian
menghilang, dan gue tak terlihat bergairah lagi, dan kini gue bener-bener
merasakan apa yang Eki dan Fahri rasakan, yang nampak merengung dan terlihat
sedih. Gue keluar dari bilik komputer dangan sedikit tersenyum kepada keempat
sahabat gue, untuk mencoba tabah menerima hasil yang gue dapet, dan gue
beritahu kepada mereka, kalau gue juga gagal diterima.
Ya ketika itu dari kita berlima,
yang lolos seleksi SNMPTN hanya Adi seorang, dan setalah kita semua sudah
mengetahui hasilnya. Adi yang waktu awal terlihat senang dan bahagia karena
diterima di ITS, kini setelah mengetahui keempat sahabatnya gagal diterima di
SNMPTN, Kebahagian dan kesenangan Adi masih ada yang kurang, dia terlihat sedih
juga, melihat kita berempat gak bisa mengikuti jejaknya diterima di SNMPTN.
Tapi Adi ketika itu langsung
memberika semangat kepada kita berempat, dia mengatakan “Tenang, masih banyak
jalan untuk bisa diterima di PTN bro, dan lulus SNMPTN itu, bukan jalan-jalan
satu-satunya untuk bisa menjadi sukses. Dan kita yakin, kita pasti bisa sukses
di jalannya kita masing-masing.”
Ya kata-kata Adi mengembalikan
rasa semangat kita semua, dan kita pun saling menyemangati satu sama lain,
untuk bisa berjuang lebih keras lagi, dan mencapai apa yang kita inginkan. Lalu
dapet mengikuti jejak Adi yang diterima di PTN, dengan mengikuti SBMPTN dan UM
lainya.
Seleksi SBMPTN dan UM lainya udah
kita ikuti, tapi nasib baik belum berpihak pada kita berempat. Hingga pada akhirnya
hasil pengumuman seleksi D3 UGM gelombang 2, yang terakhir gue ikuti, keluar.
Gue harap seleksi yang terakhir gue ikuti ini, adalah rejeki gue, dan gue bisa
kuliah di PTN.
Tiga hari setelah gue mengikuti
tes seleksi itu, pengumuman langsung bisa dilihat. Pagi-pagi jam 8:00 WIB,
dimana pengumuman sudah bisa dibuka, gue langsung liat hasilnya. Dan seperti
biasa sebelum melihat hasil pengumumannya gue selalu berdoa terlebih dahulu,
dan setelah gue memasukan no peserta dan tanggal lahir gue. Terpampang jelas di
layar laptop gue, yang untuk kesekian kalinya gue dinyatakan “Anda tidak lulus
seleksi D3 UGM gelombang 2.”
Ini adalah yang ke-sembilan
kalinya, gue dinyatakan tidak lulus di PTN, dan lagi-lagi nasib baik belum
berpihak pada gue. Setelah menerima runtutan
ke kegagalan itu, gue sempat merasa down
dan frustasi, yang membuat gue kehilangan rasa semangat selama 3 hari.
Dan selama 3 hari itu gue memilih
untuk berdiam diri di dalam rumah, dengan close
contact dengan teman-teman dan sahabat gue, meratapi semua kegagalan yang gue
alami dan menyesali semua kesempatan yang gue lalui begitu saja.
Ketika sore hari, gue yang lagi
melamun sendirian sambil menonton TV di ruang tengah, Nyokap gue menghampiri, dan kita berdua
mengobrol,
“Udah Mi, gak usah disesali,
jangan kebanyakan melamun, masih ada tahun depan lagi, kalau kamu masih mau masuk
ke PTN, kamu gak papakan nunggu satu tahun lagi ?”
Gue menyauti Nyokap gue dengan
suara pelan “Iya Mah, gak papa kok, Fahmi nungu tahun depan lagi untuk bisa
masuk PTN.”
“Coba kamu waktu milih jurusan
SNMPTN, milihnya Hukum UNPAD, bukan Manajemen UNPAD, pasti kamu udah diterima
Mi, temen kamu aja yang jarang masuk sekolah, dan nilainya pas-pasan bisa
diterima SNMPTN di Hukum UNPAD.”
“Ya mungkin emang udah jalannya
begini mah, itu bukan rejeki Fahmi.”
Perkataan Nyokap gue yang
terakhir membuat gue ingat kembali ketika gue memilih jurusan di SNMPTN.
***
Memang sebelumnya gue udah pernah
konsultasiin pilihan jurusan gue, ke kedua orang tua gue bersama Om gue, ketika
gue konsultasi, Om gue menyarankan kalau gue memilih Hukum UNPAD, Nyokap gue
juga sependapat dengan Om gue, sedangkan Bokap gue, menyerahkan sepenuhnya
pilihan itu kepada gue sendiri, karena yang akan menjalankan adalah gue
sendiri.
Ketika itu gue kurang tertarik
dengan Hukum, gue lebih minat ke Manajemen dan Admistrasi Negara. Dan pilihan
gue setelah konsultasi itu, gue memutuskan untuk memilih Manajemen UNPAD di
pilihan pertama, dan Admistrasi Negara UNPAD di pilihan kedua. Dan gue mengabaikan
jurusan Hukum. Om dan Nyokap gue pun menerima keputusan gue ini.
Dan pada akhirnya gue yakin di
dua pilihan tersebut. Dua minggu sebelum pendaftaran jurusan SNMPTN, gue dan
satu temen cewe sekelas gue sebut saja Devi, dipanggil ke ruang BP untuk
berkonsultasi. Gue dan Devi ketika itu sama-sama memilih Manajemen UNPAD
dipilihan pertama, dan kita berdua di panggil ke runag BP untuk membahas dan
berkonsultasi tentang pilihan kita yang sama.
Ketika itu guru BP mengatakan,
kalau salah satu dari kita harus ada yang melerakan ngelepas pilihan pertama
Manajemen UNPAD. Karena kemugkinannya sangat kecil sekali kita berdua bisa
sama-sama diterima di jurusan itu, mengigat jurusan ini adalah jurusan yang
paling favorite dan banyak peminatnya.
Guru BP menanyakan diantara kita
berdua, “Siapa yang nilai dan prestasi dikelasnya paling bagus ?” Ya ketika
itu, nilai dan prestasi Devi lebih bagus dari gue. Dan guru BP menyarankan ke
gue, untuk rela melepaskan Manajemen UNPAD ke Devi, dan beliau menyakan ke gue,
selain minat di Manajemen dan Admistrasi Negara, gue tertarik sama jurusan apa lagi.
Gue menjelaskan kepada guru BP,
kalau gue juga agak sedikit tertarik dengan jurusan Hukum, dan gue juga
disarankan oleh Nyokap dan Om gue untuk mengambil Hukum, tapi hati gue belum
sepenuhnya yakin ke jurusan ini.
Lalu Guru BP memberikan saran
yang sama dengan Nyokap dan Om gue, kalau gue sebaiknya mengabil pilihan
pertama di jurusan Hukum UNPAD, karena menurut dia gue sangat berpeluang sekali
untuk bisa diterima, mengingat Di SMA gue cuma hanya ada satu orang yang
memilih Hukum UNPAD, dia adalah temen sekelas gue, sebut saja Anwar.
Menurut pendapat Guru BP, kalau
dilihat dari nilai dan prestasi dikelas, gue sangat diunggulkan sekali jika gue
memilih Hukum UNPAD ketimbang Anwar, mengingat Anwar adalah salah satu siswa
yang malas, jarang berangkat sekolah, dan tugas-tugas pun sering sekali
mengumpulkannya terlambat.
Guru BP mengharapkan kalau gue
bisa melepas Manajemen UNPAD, dan memilih Hukum UNPAD. Tapi tekat gue ketika
itu tetap bulat untuk memilih Manajemen UNPAD, dan gue yakin dan percaya, gue bisa lulus
walaupun peluangnya itu kecil. Dan akhirnya gue dan Devi sama-sama maju untuk memilih Manajemen UNPAD.
Setelah pengumuman seleksi
SNMPTN, gue baru menyadari dan menyesali keputusan itu. Ya gue gagal diterima
di SNMPTN, dan prediksi dari guru BP memang benar, yang kemungkinan bisa
diterima adalah Devi karena nilai dan prestasi dia diatas gue. Ya Devi lulus
SNMPTN di jurusan Manajemen UNPAD.
Penyesalan gue semakin bertambah
ketika gue mendengar kabar, kalau Anwar diterima di jurusan Hukum UNPAD. Sebenernya
gue seneng, temen gue bisa diterima di SNMPTN, tapi gue menyesali mengabaikan
satu kesempatan yang gue lalui begitu aja. Kenapa ketika itu gue gak menuruti
semua saran dari Guru BP,Nyokap, dan Om gue. Malah gue lebih memilih ego gue
sendiri, jika saja ketika itu gue mengambil Hukum UNPAD, pasti gue sekarang udah
tenang menjadi MABA, dan gak kaya begini, mengalami kegagalan beruntun hingga
pada akhiranya gue gak diterima di mana-mana, dan harus menunggu tahun depan
lagi.
Andai saja waktu bisa diputar
kembali, gue pasti akan menuruti semua saran yang diberikan, dan gue akan rela
melepaskan Manajemen UNPAD, lalu gue memilih Hukum UNPAD. Tapi sayang semua ini
sudah terjadi, waktu gak bisa ulang kembali, karena waktu terus berputar ke
depan, dan yang ada kini hanya sebuah penyesalan.
Dan sekarang gue gak bisa
terus-terusan meratapi penyeselan itu, karena percuma saja sampai gue menangis
darah pun, nasib yang telah terjadi gak bisa diubah kembali. Kini gue harus
bisa bangkit kembali, dan melupakan semua hal yang sudah terjadi, karena gue
yakin Tuhan pasti telah menyiapkan rencana yang lebih baik lagi.
***
Satu tahun sudah berlalu , kata-kata Adi waktu
pengumuman SNMPTN tahun kemarin, masih teringat jelas di kepala gue. “Tenang, masih
banyak jalan untuk bisa diterima di PTN bro, dan lulus SNMPTN itu, bukan
jalan-jalan satu-satunya untuk bisa menjadi sukses. Dan kita yakin, kita pasti
bisa sukses di jalannya kita masing-masing.” Kata-kata inilah yang menyihir dan
membuat gue bangkit lagi, dan sampai sekarang terus bersemangat, untuk mengejar
keinginan gue yang tertunda.
Dan untuk para pejuang SBMPTN
2015, kita yakin ketika pengumuman hasil seleksi SBMPTN 2015 nanti, nama kita
akan terukir dengan jelas di website, bersama nama PTN yang kita inginkan. Terus
semangat, dan jangan pernah pantang menyerah, karena Tuhan gak akan pernah
tutup mata kepada hamba-Nya yang terus berusaha.
“Semakin banyak kegagalan yang
kita dapat, maka semakin besar pula kesuksesan yang akan kita raih.”
Kegagalan bukan akhir dari segalanya. Banyak cara agar kita menjadi sukses. Dan, mungkin kita sebagai manusia hanya bisa berencana aja. Maunya kayak gini, kayak gitu. Tapi, Tuhan lah yang menentukan. :)
BalasHapusTuhan gak meridhai lo diterima di SNMPTN. Itu tandanya Tuhan punya rencana yang lebih baik lagi. :D
Yap, bener tuh quote terakhir. Banyak gagal, sukses yang kita dapet pasti besar. Asalkan kita mau berusaha lebih baik lagi. :)
pengalaman ini bisa menjadi pelajaran yang bermanfaat bagi pembaca, gue jadi ikutan sedih, seharusnya waktu itu lu ngikutin nasehat dari orangtua, atau guru bp, tapi waktu memang tidak bisa diputar kembali. Tetap berpikir positif, membuat rencana ke depan, semangat !
BalasHapusKegagalan bukan akhir, malah kegagalan adalah awal. Semakin banyak lu gagal, maka keberhasilan lu pasti bakal lebih manis lagi.
BalasHapusTenang aja, Tuhan itu punya rencana yang keren kok, asal tetap ikhtiar, nantinya Tuhan pasti akan memberikan kejutan dengan semangat kita :D
Haduh jadi ikut sedih bacanya, jadi bener ya kata guruku ikut snmptn itu tergantung keberuntungan. Berart rezekinya fahmi bukan disini
BalasHapusSemoga yang ikut sbmptn tahun ini bisa diterima ya. Aamiin
Pada dasarnya kesuksesan dan kegagalan dimulai dari dalam pikiran (o)
BalasHapussemangat ya :)
tetep semangat bro.. mungkin tuhan memiliki jalan lain yang jelas2 terbaik buat lo :D
BalasHapusaku juga ngalamin ini, loh. hahaha, sepupu dan sahabat diterima, tapi aku gak. yasudahlah, sekarang mah wesbiyasak ditolak mulu.
BalasHapusYang kali ini pasti bisa lulus. Syemangat! Jangan lupa buat selalu belajar, soalnya saingannya jugak cukup berat kan.. :D
BalasHapusSedih bacanya:'( Soalnya saya jg gak keterima lewat jalur SNMPTN juga, emang bener jg sih, kalopun nangis jg kita gak bakal bisa mengubah nasib.. Pasti Tuhan punya rencana yg lwbih baik dari ini. Dan soal kegagalan, psti stiap manusia prnah mengalamk yg namanya kegagalan. Kalo hidup lancar2 aja pasti gak akan seru.
BalasHapusTetep semangat yaa pokoknya! :)