Episode : Go to Bandung
Liburan semester, gue dan ketiga sahabat gue, yaitu Adi,Evan, dan Eki
pergi liburan ke Bandung, sekaligus merayakan tahun baru 2014 di kota mojang
tersebut. Eh maksud gue kota kembang ding, iya kembangnya kembang desa, dan katanya
di kota Bandung ini kembangnya cantik-cantik, pas banget deh dijadikan destinasion liburan kita, berhubung kita
adalah ke-empat jomblo yang sedang mencari kembang alias mojang, aka cabe-cabean.
Ini adalah trip pertama kita
keluar kota, sebelumnya juga kita udah sering trip, tapi trip kita
hanya di sekitar daerah sendiri, yaitu ke kantin sekolah, masjid sekolah, dan
toilet sekolah (Oke itu bukan trip,
lebih tepatnya adalah nongkrong sekaligus boker).
Ya kali ini kita berlibur ke Bandung setelah melalui masa-masa sulit
yaitu UAS. UAS kali ini adalah UAS terakhir kita di SMA, yaitu UAS semester 5.
Dan berhubung kita sudah menduduki kelas XII, dan nilai UAS di semester 5 ini
adalah nilai terakhir bagi kita, yang kita dapet untuk mengikuti seleksi
SNMPTN.
Dan jika diliat dari hasilnya, bisa dibilang mengecewakan juga. Nilai
semester 5 yang kita dapet, naik turun bahkan ada yang pas KKM. Tapi walaupun
begitu kita tetap bersyukur, karena nilai yang kita dapet adalah hasil usaha
dan kerja keras kita sendiri selama ini, dan kita tau kemampuan kita ini sejauh
mana. Dan kini kita hanya bisa berharap dan berdoa, semoga hasil nilai-nilai
dari semester 1-5 yang kita dapet bisa membawa kita untuk lulus SNMPTN.
Dan oleh karena itu untuk mereflesing
dan meningkat semangat kita lagi di semester berikutnya, dimana kita akan
berjuang menghadapi masa-masa sulit di SMA yaitu UN dan sebagainya. Kita berempat
memutuskan untuk melakukan trip
petualangan.
Hari minggu siang kita berangkat menuju Bandung dengan menggunakan kereta.
Pada saat itu kereta jurusan Cirebon-Bandung, belum lama baru dibuka, dan karena
kita udah bosan pergi ke Bandung naik Bis, lewatin Sumedang, jalan cadas
pangeran, yang gitu-gitu aja pemandanganya gak pernah berubah dari dulu,
kanan-kirinya kalau gak pepohonan yang jurang. Sekali-kali kek, pemandangan
jalan Cirebon Bandung itu diperbarui, dibikin gedung-geduang bertingkat kek,
atau pantai-pantai, kaya jalan Atlantic Ocean Road di Norwegia gitu.
Ya karena kita bosen ngelawatin jalan cadas pengeran, kita memilih
pergi ke Bandung dengan menggunakan kereta, sekaligus ingin merasakan
sensasinya naik kereta dari Cirebon ke Bandung, via Cikampek. Yang nantinya akan
puter balik melewati daerah Subang, yang kanan-kiri pemandanganya sama aja sih,
kaya jalan cadas pengeran, kalau gak pepohonan ya jurang juga, atau bukit-bukit.
Tapi ini bagi kita lebih seru, karena kita baru pertama kali, naik kereta yang
lewatin bukit-bukit sekaligus masuk terowongan panjang. (Ya maklumlah biasanya
kita kalau naik kereta di pasar malam lapangan deket rumah doang)
Setelah sekitar 4 jam perjalanan menggunakan kereta, akhirnya kita jam
setengah 6 sore sampai juga di stasiun Bandung. Sesampainya kita di bandung
kita gak langsung pergi keluar dari stasiun, karena kita gak tau, kita liburan
ke Bandung tuh mau pergi kemana aja dan mau nginep dimana. Ya kita berempat
datang ke Bandung tampa arah dan tujuan yang jelas, dan sekarang kita
terkatung-katung di dalam stasiun kaya gelandangan.
Sebenernya kalau untuk tempat menginap, kita ditawarin oleh
saudara-saudara kita yang tinggal di Bandung. Saudara gue, nawarin nginep di
daerah Cimahi, Tantenya Eki nawarin nginep di daerah Dago, Uwanya Adi nawarin
nginep di daerah Buah Butu, dan Omnya Evan nawarin nginep di daerah jalan Riau.
Tapi dari semua tawaran yang kita dapet, kita tolak semua. Karena trip liburan kita ini, kita ingin
bener-bener merasakan yang namanya petualangan sebagai backpacker.
Sambil menunggu keputusan mau kemanakah kaki kita akan memulai petualangan
di kota Bandung ini, kita pun menunggu di mushola stasiun sambil sholat magrib
dulu. Selesai sholat magrib kita masih tetep belum menemukan arah tan tujuan
kita.
“Kita malam ini mau tidur dimana nih ? semua tawaran nginep udah kita
tolak semua” Gue bertanya kepada mereka yang lagi duduk di salah satu warung
deket stasiun.
“Gimana kalau kita malam ini tidur di masjid aja ?” Adi memberikan
usul ke kita.
“Serius nih di masjid, mending aman, kalau kita diusir sama marbotnya
gimana ?” Ucap Eki.
“Tenang dijamin aman, kalau di masjid mah, kan kita nginep di rumah
Allah. Lagian kita ini kan musafir, masa iya sih numpang tidur di masjid aja gak
boleh.” Balas Adi.
Di saat kita lagi menentukan tempat untuk tidur, yang dijamin aman dan
gak bakalan diusir, Evan ngasih usulan yang sangat mengejutkan “Lo semua mau
malam ini tidur aman, barang bawaan gak bakalan ilang, dan gak bakalan diusirkan,
gue punya solusinya.”
“Apaan tuh Van ?” tanya kita ke Evan.
“Malam ini, kita tidur di posko polisi aja.”
“Hah ? Yang bener aja lo, masa kita tidur di posko polisi.”
Kita semua terkejut mendengar usulan dari Evan yang anti mainstrem
ini. Gila aja, masa iya kita tidur di posko polisi, kalau diliat dari
tampang-tampang muka kita yang serem-serem kaya komplotan preman dan penjahat
ini. Emang sih kita gak bakalan diusir, dan kita bakalan diterima sama pak
polisinya, tapi yang ada kita malah tidur di penjara lagi. (Itu sama aja kita
bunuh diri)
“Iya bro, santai aja dijamin aman. Bilang aja kita ini bukan orang
Bandung, dan lagi liburan kesini, karena takut rawan genk motor, kita gak tau
harus tidur di mana. Di jamin beres deh, kan polisi mah baik-baik, tugasnya
harus melayani dan melindungi masyarakat.” Ucap Evan ke kita.
“Ya udah deh, boleh juga usulan lo, mengingat Bandung rawan genk motor
juga.” Ucap Adi.
“Eh Van, tapi lo ya, yang ngomong minta ijin ke polisinya.” Ucap gue
ke Evan
“Oke deh sip, gampang itu mah. Sekarang kita mau kemana dulu nih ?”
Ucap Evan.
“Cari makan aja dulu yuk, gue udah laper nih.” Ucap Eki.
“Oke sip, yuklah cabut kita cari makan. Dan sekarang kita serahkan
semuanya pada kaki kita yang akan membawa kita entah kemana.” Ucap Adi ke
kita-kita.
Dari depan stasiun Bandung, kita pun memulai petualangan kita, dan
menyerahkan semuanya pada kaki-kaki yang entah mau kemana akan melangkah dan
membawa kita menyelusuri sudut-sudut kota Bandung ini. Langkah demi langkah
kaki kita membawa kita menikmakti indahnya malam suasana kota Bandung, melewati
jalanan yang dikelilingi ruko-ruko bangunan tua, kaki kita terus melangkah
membawa kita, yang kita tidak tau entah kemana tujuannya.
Sekitar 20 menit kita berjalan dari stasiun Bandung, akhirnya kita
sampai di alun-alun kota Bandung, suasana di sana ramai sekali dengan dipenuhi
oleh pengunjung dari dalam ataupun luar kota, dan kita ikut menyatu dan
bercampur bersama mereka, menikmati indahnya malam dari sudut alun-alun kota Bandung.
Setelah sholat isya di masjid raya Bandung, kita pun melanjutkan petualangan
kita menyusuri kota Bandung sambil mencari makan malam. Dari alun-alun kita
berjalan ke arah jalan Asia Afrika, melewati gedung bersejarah yang pernah
dijadikan tempat pertemuan negera-neraga di Asia Afrika.
Sorotan lampu di malam hari yang
memancarkan ke arah Gedung Merdeka yang bersebelahan dangan Museum Konferensi
Asia Afrika ini, memperlihatkan betapa megah dan gagahnya bangunan bersejarah
ini, yang berarsitektur bangunan peninggalan Belanda.
Banyak sekali para pengunjung yang datang di sana menyempatkan diri
untuk berfoto di depan bangunan bersejarah ini. Sebenernya kita juga ingin
mengabadikan moment kita berfoto di depan bangunan bersejarah ini, tapi sayang
ketika itu camera di HP kita gak ada yang mampu untuk memfoto kita di malah
hari.
Karena resolusi dan hasil yang di dapatkan saat itu sangat jelek
sekali, tampang muka-muka kita gak keliatan karena gelapnya suasana malam hari,
dah hasil yang terlihat malah kaya foto penampakan uji nyali. Setelah puas
mengunjungi Gedung Merdeka tanpa berfoto, kita pun melanjutkan berjalan untuk
mencari makan malam. Dan pilihan kita akhirnya tertuju untuk makan nasi goreng
dipinggir jalan Asia Afrika, depan Hotel Savoy Homan.
Setelah selesai makan tujuan kita sekarang pun mencari pos polisi, untuk
numpang tidur malam. Dan tak jauh dari Gedung Merdeka, di sana ada posko
pengamanan polisi operasi lilin, untuk mengamankan natal dan malam tahun baru.
Kita pun langsung segara menuju kesana dan meminta ijin untuk numpang tidur.
Setibanya di depan posko polisi
kita-kita langsung memasang tampang muka melas, kaya gelandangan yang ke sasar.
Dan dengan perasaan cemas dan khawatir karena takutnya malah kita ke jaring
komplotan penjahat, kita pun masuk ke posko polisi.
“Misi Pak, Assalamualaikum...” Ucap kita berempat dengan tampang muka mesum
melas.
“Ya, Walaikumsalam..., ada apa Dek, ada yang bisa dibantu ?” Ucap Pak
polisi yang terlihat kurus ini
“Gini Pak, kita-kita kan dari Cirebon nih, lagi liburan kesini. Karena
kita gak tau mau tidur dimana pak, dan takut sama genk motor. Boleh gak pak,
kita numpang tidur di sini ?” Ucap Evan yang meminta izin ke Pak polisi.
“Waduh gimana ya dek, tau sendirilah, inikan tempat kecil, namanya
juga posko jaga, cuma ada sofa sama tiker aja...”
Belum juga Pak polisi ini selesai bicara, dari sofa menyauti seorang
polisi yang terlihat gemukan, dan nampaknya mah dia komandanya
“Ada apa Ded ?”
“Ini Pak, anak-anak minta numpang tidur disini.” Ucap Pak polisi yang
terlihat kurus, dan ternyata bernama Dedi Setiawan yang terlihat di seragamnya.
“Oh gitu, tapi kalau di sini mah tempatnya kecil Dek, gak muat. Ya
udah Ded, bawa aja mereka ke Polsek, biar mereka suruh tidur di sana.”
Kita pun terkejut, setelah komandannya menyuruh kita dibawa ke Polsek.
Waduh, jangan-jangan kita malah disuruh tidur di dalam sel lagi, ini mah sama
aja kaya kita ditangkep dan dipenjara namanya. Tidak... gue gak mau punya
catatan pengalaman masuk penjara, memang tampang muka gue ini kaya preman dan
sangar, tapi serius deh Pak, kita ini orang baik-baik kok, bukan pencuri atau
pun penjahat. Nemu uang Rp.10.000 di jalan aja gak kita ambil kok pak, malah
kita tambahin.
Setelah komandannya bilang gitu, Pak Dedi mengajak kita keluar posko
untuk mengobrol lagi, “Kalian tidur di masjid alun-alun aja, di sana banyak
juga kok backpacker kaya kalian yang
numpang tidur. Dari pada di sini tempatnya kecil mending juga di sana tempatnya
lega, aman kok di sana juga.”
“Yah, Pak gak papa deh kita di sini aja. Kita mah udah biasa kok tidur
sempit-sempitan, jangankan sempitan-sempitan, tidur di hutan juga kita mah udah
biasa pak. Hehehe” Bujuk Adi yang sambil bercanda.
“Udah kalian tidur di masjid aja. Kalian orang Cirebon kan ? saya juga
orang Cirebon, masa orang Cirebon gitu aja takut, gak usah malu-maluin orang
cirebon. Gak usah takut di masjid juga aman kok, tar kalau ada apa-apa kalian
kesini aja.” Ucap Pak Dedi yang ternyata orang Cirebon juga.
“Oh Bapak juga orang Cirebon, ya udah deh pak, gak papa sesama orang Cirebon
ini, kita tidur disini aja ya pak.” Bujuk Adi sekali lagi.
“Udah di masjid aja dek, yang lebih enak, rame-rame sama yang lain
juga. Aman kok santai aja.”
Bujukan kita dengan tampang muka melas pun, belum bisa meluluhkan hati
Pak polisi ini. Dan kita pun akhirnya berpamitan dan mengikuti saran dari Pak
Dedi. Sebelum tidur kita pun melanjutkan petualangan malam kita menyusuri kota
bandung.
Setelah cukup lama berkeliling di sekitar daerah Asia Afrika dan
alun-alun, kita pun langsung menuju ke masjid raya Bandung untuk ikut bergabung
bersama para bagpacker lainnya yang
sedang beristirahat setelah berkeliling dan belum puas untuk menyelusuri kota Bandung
ini. Dan dari pelantaran teras masjid
bersama dengan para bagpacker,
pedagang asongan, dan pengamen, kita pun tidur sambil meningkmati indahnya
langit malam dan merasakan dinginnya kota bandung ini.
Bersambung...
0 komentar:
Posting Komentar