Episode : Malam tahun baru di Bandung

Setelah beristirahat sambil tidur-tiduran dan mandi lagi biar seger, jam 2 siang kita keluar dari hotel dan mulai lagi berkeliling, gue dan Adi yang bertugas jagain lilin, sedangkan Eki dan Evan yang bertugas bertamu ke rumah-rumah orang (Eh bukan ding, bukan ini maksudnya, kita-kita bukan komplotan babi ngepet. Lagian juga masih siang, tar kalau udah malam baru kita operasi)

 Tujuan awal kita kali ini adalah ke Mall PVJ (Paris Van Java), dari Hotel kita berjalan kaki ke PVJ sekitar 20 menit. Ya tujuan kita ke Mall ini bukan lain dan tidak bukan lagi yaitu, untuk mencuci mata yang sudah terlalu kotor karena terlalu banyak melihat ‘sensor’ (Sampah-sampah berserekan maksud gue).

Kali aja kita saat mengunjungi Mall PVJ, ada mojang-mojang Bandung yang naksir dan tertarik sama kita-kita. Tapi kenyataan ketika di Mall PVJ, boro-boro ada cewe yang naksir sama kita terus tiba-tiba ngajak kenalan, baru ngelirik tampang muka kita yang keliatannya sangar, mereka langsung pada ketakutan dan menghindar, dikira kita-kita ini komplotan pencopet yang lagi operasi di Mall kali.

Dan kebanyakan yang datang ke Mall PVJ sudah perpasangan semua, dan jalannya pun sambil berpegangan tangan. Ya memang kita juga datang kesini berempat bisa juga saling berpasangan dan bergadengan tangan, tapi kita semua cowo, bukannya keliatan maco, malah jadi keliatan kelompok jomblo maho.

Setelah berkeliling Mall PVJ selama 2 jam, misi kita gagal untuk mendapatkan kenalan cewe Bandung. Dan kita pun pergi lagi ke tempat lain, tujuan kita sekarang adalah Mall Ciwalk yang berada di jalan Cihampeulas. Dari Mall PVJ kita pun kembali lagi ke daerah Cihampeulas dengan berjalan kaki, sekitar 30 menit perjalanan kita menuju Ciwalk.

Setelah puas berkeliling Ciwalk, dan misi kita pun gagal lagi untuk berkenalan dengan para mojang Bandung. Kita pun mulai frustasi dengan petualangan kita kali ini, dan akhirnya kita keluar dari Ciwalk dengan membawa kegagalan. Jam 9 malam sebelum kembali lagi ke Hotel,  kita mampir di salah satu cafe di daerah Cihampeulas untuk makan malam.

Akhirnya malam ini kita gak tersiksa lagi tidur di lantai, sekarang kita bisa merasakan tidur di kasur yang empuk sekali, ya walaupun kita berempat harus tidur dengan berdesak-desakan, tapi itu rasanya udah nyaman bagi kita, dari pada harus tidur di teras lagi.

Tengah malam ketika kita lagi nyenyaknya tidur sambil bermimpi, tiba-tiba terdengar suara orang ngetok-ngetok pintu kamar kita,

“TOK... TOK... TOK..., Permisi...”

Ini orang siapa lagi, malam-malam ganggu orang aja yang lagi enak-enak tidur, mana suara ngetok pintunya kenceng lagi kaya orang mau nagih utang aja, Eki yang terbangun, membangunkan gue

“Mi, siapa sih, yang ngetok-ngetok pintu ?”

“Gak tau Ki, lo buka gih, sana.”

“Males ah, lo aja sana, gue ngantuk banget.”

Gue membangunkan Evan dan Adi sambil menggoyangkan badannya, “Van, Di, bangun oy, ada yang ngetok-ngetok pintu tuh, lo buka gih.”

Adi gak bangun sama sekali, dia malah ngorok kaya kodok keselak batu akik

“Ngork....ngorkk..ngorkkk....”

Hadeuh ini anak, emang susah banget dibangunin, ada gempa juga dia kayanya gak bakalan bangun, malah tetep keenakan tidur. Sedangkan Evan nyautin gue, “Ah males mi, lo aja gih sana.”

Setelah gue menyuruh Adi dan Evan untuk membuka pintu, dan mereka gak mau, gue pun langsung ngelanjutin tidur lagi dengan menutup kepala gue dengan bantal dan membiarkan orang yang mengetok-ngetok pintu. Tapi setelah dibiarkan bukannya ini orang malah pergi, eh malah tambah kenceng ngetok pintunya.

“TOK...TOK...TOK... PERMISI...”

Eki terbangun lagi, dan membangunkan gue “Buset deh, berisik banget, Mi lo buka gih, sana biar gak berisik lagi.”

“Kenapa gak lo aja sih yang buka, gue males jalannya.”

“Gue ngantuk banget Mi, lo aja gih sana...”

“TOK...TOK...TOK... PERMISI...” Suara orang ngetok pintu terus-terusan terdengar.

“Mi cepetan gih lo buka pintunya, bikin gue penging aja telinganya, gak bisa tidur.” Eki menyuruh gue lagi.

Kalau kaya gini mah, terpaksa gue yang harus mengalah, “Ya udah iya, gue bukain, eh tapi lo jangan tidur, kalau gue diapain-apain gimana.”

“Ya udah deh iya, gue liatin dari sini.”

Gue beranjak dari kasur dan berjalan menuju pintu udah kaya orang mabok, gelayang- geleyeng hampir aja mau nabrak lemari, dan dengan tampang muka kusut dan mata sipit, gue membuka pintunya. Setelah gue buka pintunya, gue kaget melihat 2 orang berbadan besar seperti preman berdiri di depan gue, dengan berpakaian kaos hitam dan bercelana jeans. Waduh, ada apa nih, kenapa 2 orang berbadan besar dan tampang menyeramkan ngetok-ngetok pintu kamar gue. Mereka pun langsung menyapa gue “Malam Pak, maaf mengganggu.”

Buset deh gue dibilang bapak-bapak, padahal gue masih muda begini, bulu jenggot sama kumis aja belum lebat, kecuali bulu yang di bawah sih yang udah lebat (Bulu kaki maksud gue, ah lo mah ada-ada aja). Gue langsung menyapa balik mereka

“Iya Malam, Ada apa ya Pak ?”

“Kita mau bertemu dengan Pak Setiawan, ada kiriman paket Pak, dari Jakarta.”

“Pak Setiawan ? di sini gak ada yang namanya Pak Setiawan, Pak.”

“Bapak dari Cirebon kan ?”

“Iya Pak bener, saya dari Cirebon, tapi di sini gak ada yang namanya Pak Sitiawan.”

“Oh, kalau gitu maaf Pak, udah mengganggu waktu tidurnya.”

“Iya Pak, gak papa.”

Udah gedor-gedor pintu salah orang lagi, ganggu kita tidur aja. Dan 2 orang berbadan besar berpenampilan seperti preman ini pun, pergi meninggalkan gue, lalu gue masuk kembali ke kamar. Entah kiriman paket seperti apakah yang mereka kirim tengah malam begini, untuk pak setiawan yang mereka maksud. Di kasur Eki pun nanyain ke gue

“Siapa Mi, tadi ?”

“Tau deh, gue juga. Badannya besar-besar gitu.”

“Ada perlu apa mereka Mi ?”

“Nyari Pak Setiawan orang Cirebon, katanya mah ada kiriman paket buat dia, gue juga gak tau deh paket apa yang dimaksud, ngirim tengah malam kaya gini.”

“Pak Setiawan dari Cirebon ? Jangan-jangan yang mereka maksud itu Pak polisi yang kemarin malam kita temuin lagi Mi, yang namanya Dedi Setiawan.”

“Tau ah gue juga, udah ah gue ngantuk mau tidur.”

Keesokan paginya adalah hari terakhir di tahun 2013, ya hari ini adalah malam perayaan  tahun baru 2014. Dan kita pun akan menikmati malam perayaan tahun baru ini dengan berkeliling daerah Bandung. Karena kita menginap di Hotel hanya semalam, hari ini pun kita harus check out dari hotel.

Sebelum check out, kita memikirkan nasib kita tar malam bakalan tidur dimana, kalau kita tidur di masjid lagi dengan barang bawaan yang cukup banyak, apalagi ini malam tahun baru, bakalan banyak orang keluar untuk jalan-jalan. Kita bakalan kerepotan jalan-jalan dengan membawa barang bawaan, dan kurang aman juga.

Di kamar hotel kita pun langsung menghubungi kakak alumni kita dan kenalan kita di Kandung. Kali aja mereka bisa membantu kita, untuk sekedar menitipkan barang bawaan kita. Gue,Eki, dan Evan udah berusaha menghubungi alumni yang kita kenal, tapi mereka semua gak bisa membantu kita, karena mereka semua sedang ada di luar kota.

Ketika kita bertiga gak tau mau minta bantuan ke siapa lagi, Adi langsung membawa kabar gembira untuk kita semua, kulit manggis kini ada ekstraknya, ada alumni yang bisa membantu kita.

“Boy,boy... Gue dapet balasan nih dari Kak Arif, dia masih di Bandung, bisa bantu kita.”

“Oke oke sip, langsung aja kabarin.”Ucap kita bertiga yang kegirangan, kaya dapet undian rumah senilai 2 milyar.

“Kak Arif ngekos di daerah mana Di ?” Tanya Evan.

“Dia gak ngekos, dia tinggal di asrama ITB.” Ucap Adi

“Emang ITB punya asrama ya ?” Tanya Eki

“Iya, tapi bukan asrama mahasiswa, asrama DKM ITB.” Ucap Adi

“Kalau kita nitipin tas-tas kita di asrama DKM ITB, terus kalau kita pulang tengah malam, gak enakan bro, apalagi suasana di sanakan sama aja kaya pesantren.” Ucap gue

“Kita gak akan pulang ke sana tengah malam, tapi kita akan datang ke sana lagi pagi-pagi abis shubuh.” Ucap Adi.

“Waduh, tar kita dikira anak-anak yang gak bener lagi, pulang-pulang ke asrama DKM shubuh-shubuh.” Ucap Evan

“Udah santai aja, gue kenal baik kok sama Kak Arif. Gue juga udah cerita ke dia, kalau kita cuma nitip tas doang, dan diambilnya tar besok paginya.”

Dan setelah kita sepakat dan Kak Arif mau membatu kita, jam 10 pagi kita check out dari Hotel. keluar dari Hotel kita langsung menuju ke komplek kampus ITB dengan berjalan kaki, melewati jalan fly over pasupati, ketika kita udah setengah jalan melewati kolong jembatan pasupati, Adi nanyain ke kita,

“Eh boy, kita kenapa jalannya lewat sini ?”

“Ini bener kok jalannya, ke arah ITB Di.” Ucap Evan

“Maksud gue, kenapa kita gak jalan lewat atas aja.” Ucap Adi yang bikin kaget kita-kita.

“Hah ! lewat atas, macam-macam aja lo, emang boleh pejalan kaki lewat atas.” Ucap gue

“Iya Di, lagian pejalan kaki yang lain juga, lewatnya ke sini semua tuh.” Ucap Eki.

“Ah lo mah, kalau kita lewat jalan gang kaya gini mah udah sering, di Cirebon juga banyak. Ayo lah cari yang baru dan gak biasa, kita lewat jalan atas aja yuk.” Ucap Adi

“Tapi bahaya bro, lewat jalan atas buat pejalan kaki” ucap gue

“Semua juga udah ada resikonya, yang penting kita hati-hati aja boy.” Ucap Adi yang mencoba meyakinkan kita.

“Oke deh, gue setuju sama lo, kita lewat jalan atas aja, biar lebih seru.” Ucap Evan yang setuju dengan usulan Adi.

Dan akhirnya kita berempat balik lagi ke perempatan, dan jalan kaki melewati jembatan fly over pasupati. Sebenernya sih gak boleh bagi pejalan kaki melewati jembatan ini, karena terlalu membahayakan. Mobil dan motor yang melalui jalan ini, rata-rata melintas dengan kecepatan tinggi.

Dan hanya kita berempatlah yang nekat melewati jembatan fly over ini dengan berjalan kaki, dan di saat di atas jembatan fly over, di tengah-tengah kendaraan yang melintas dengan cepat, kita-kita malah asik berfoto di atas jembatan fly over pasupati, sambil menikmati pemandangan kota Bandung.

Setelah kita puas malakukan aksi nekat kita yang gak biasa, melewati jalan jembatan fly over pasupati sambil berfoto-foto. Perjalanan menuju komplek kampus ITB pun kita lanjutkan kembali, dan sekitar setengah jam kita berjalan, akhirnya kita sampai juga di komplek kampus ITB, setiba di sana kita langsung menuju Masjid untuk ketemuan dengan Kak Arief.

Dan setelah cukup lama kita-kita mengobrol dengan kak Arief, dan menitipkan tas-tas kita di kamar asramanya. Selesai sholat dzuhur di masjid ITB,  kita melanjutkan lagi petualangan kita di kota Bandung sambil menikmati suasana keramaian menjelang pergantian tahun baru.

Tujuan kita kali ini adalah ke alun-alun kota Bandung dan jalan Asia-Afrika. Entah alasan apa yang meyakinkan kita untuk pergi ke sana, tapi pada saat itu, perasaan kita dan kaki ini ingin mengunjungi daerah tersebut. Dan tanpa perlu berdiskusi panjang lebar, kita langsung memutuskan untuk pergi ke alun-alun dan jalan Asia Afrika.

Dari Kampus ITB menuju Alun-alun, rencananya kita mau naik angkot. Tapi mengingat ini adalah malam perayaan tahun baru, jalanan pasti macet, kalau naik angkot juga percuma waktunya sama aja kaya kita jalan kaki. Ya dari pada kita buang-buang uang, kita memutuskan untuk berjalan kaki menuju alun-alun.

Selama sekitar 1 jam, kita berjalan melewati kemacetan kota Bandung yang begitu padat, banyak orang-orang yang keluar untuk menikmati perayaan pergantian tahun. Akhirnya kita sampai juga di alun-alun kota Bandung. Sesampainya di alun-alun kota Bandung, tidak terlihat ada panggung megah untuk perayaan malam tahun baru.

Kita-kita agak kecewa, jauh-jauh kesini jalan kaki panas-panasan, eh malah disini gak ada apa-apa. Terlihat suasana seperti biasanya aja, banyak para pedagang asongan dan pengunjung yang sedang beristirahat di sekitar masjid. Dari masjid kita pun langsung pergi lagi ke jalan Asia Afrika, rencananya kita mau mengunjungi Museum Konfersi Asia Afrika, tapi sayang nasib baik tidak berpihak pada kita lagi, Museum Konfersi Asia Afrika ketika itu sedang tutup.

Setelah datang ke sini kita gak dapat apa-apa, kita pun memutuskan untuk menikmati malam tahun baru di daerah Dago dan Gasibu. Kini kita pun balik lagi ke daerah Dago dengan berjalan kaki, ya walaupun kita cape datang jauh-jauh ke sini hasilnya mengecewakan, tapi kita nikmatin aja petualangan kita ini sambil melihat suasana keramain kota Bandung menjelang bergantian tahun.

Ketika sedang berjalan melawati komplek kantor walikota Bandung, kita mendengar suara kemaramain musik. Kita pun langsung melihat dan menuju ke komplek walikota Bandung, ternyata benar suasana di sini ramai sekali karena sedang ada pagelaran musik dari komonitas musisi jalanan, dan pagelaran ini pun dihadari oleh Menteri BUMN Pak Dahlan Iskan periode kabinet Indonesia bersatu jilid II.

Setelah cukup lama kita di sini menikmati keramain sambil mendengarkan musik dari para musisi jalananan, kita pun melanjutkan perjalanan kita lagi. Dan kali ini kita menikmati malam perayaan tahun bari di daerah Gasibu dan Dago. Di lapangan Gasibu kita menyatu dengan ribuan warga Bandung yang turun ke jalan, dan ikut memeriahkan suasana malam pergantian tahun.

Semakin malam suasana semakin ramai, lapangan Gasibu dan sekitarnya dipadati oleh warga kota Bandung yang sangat antusias menyabut tahun baru 2014, dengan meniup terompet dan menyalakan kembang api, yang menyinari langit-langit kota Bandung, menandakan suasana semakin meriah dan semakin terasa mendekati tahun baru 2014.

Dan tepat jam 12 malam, suara sorakan dari orang-orang terdengar

“3,2,1.... “

“Happy New Year...”

“Selamat Tahun Baru 2014.”

“Pret... Pret.... Tot,tot.... Tot,tot...”

“DEM...DOARR....” Kota Bandung diguncang Bom. (Eh tidak-tidak, tidak sampai terjadi seperti itu, Kota Bandung masih aman-aman aja)

Suara terompet terdengar nyaring menyambut tahun 2014, bersamaan dengan puluhan kembang api yang melesat ke langit, dan mencerahkan suasana malam kota Bandung di awal tahun 2014.

Setelah puas memeriahkan malam tahun baru, jam 1 malam satu persatu orang mulai meninggalkan lapangan Gasibu. Karena hari udah terlalu malam kini kita pun harus mencari tempat istirahat dan perlidungan dari dinginnya malam. Setelah bertanya-tanya mencari masjid yang besar, akhirnya kita pun bermalam di Masjid PUSDAI tak jauh dari lapangan gasibu yaitu di jalan Diponegoro.

Ketika itu di masjid PUSDAI baru saja menyelesaikan acara mabit dan muhasabah, dan di dalam masjid banyak sekali para jamaah yang memilih untuk menginap di masjid, karena ketika itu jalanan sangat macet sekali, dipadati oleh orang-orang yang baru saja selesai merayakan malam tahun baru. Dan kita berempat dan para pengunjung yang lain yang telah memeriahkan suasana malam tahun baru, yang terjebak macet dan gak bisa pulang pun, ikut bergabung bersama para jamaah ini, untuk tidur bermalam di dalam masjid.

Di dalam masjid sangat penuh sekali dengan orang yang tiduran, gak cewe gak cowo, mulai dari anak-anak sampe kakek nenek, semuanya menginap di masjid dan memilih untuk pulang besok pagi. Tapi tenang walaupun begitu, cowo cewe tidurya tetep terpisah dengan dibatasi tirai, sama aja kaya sholat berjamaah, yang cowo di shaf depan dan yang cewe di shaf belakang. Tapi bedanya kita sekarang bukan lagi sholat berjamaah, melainkan tidur berjamaah. Entah deh ketika itu yang jadi imam siapa, yang penting intinya kita semua bisa tidur nyenyak.

Jam setengah lima pagi kita pun terbangun, setelah mendengar suara adzan. Setelah tidur berjamaah, kini kita pun melakukan berjamaah yang sebenernya, ya sholat shubuh berjamaah. Jam 5 lewat, kita dan orang-orang yang menginap di masjid, mulai pergi meninggal masjid PUSDAI.

Kita berempat dari masjid PUSDAI akan berjalan menuju asrama ITB untuk mengambil tas-tas kita yang kita titipkan. Pagi itu jalanan terlihat sepi sekali, tidak ada angkot yang lewat hanya ada beberapa kendaraan pribadi saja. Ketika kita melewati lapangan gasibu, kita bener-bener terkejut melihatnya. Semalam di sekitar lapangan gasibu ini, sangat kotor sekali dipenuhi oleh sampah-sampah, bekas orang-orang yang merayakan malam tahun baru.

Tapi yang terlihat sekarang, lapangan Gasibu dan sekitarnya udah sangat bersih sekali, gak adalagi sampah-sampah yang berserakan, semua sampah sudah diangkut oleh para petugas kebersihan. Gue salut sama petugas kebersihan kota Bandung ini, mereka tengah malam berkerja keras untuk menjaga kebersihan dan keindagan kota Bandung.

Tapi seharusnya untuk masalah kebersihan, kita bukan hanya mengandalkan para petugas kebersihan aja. Harus ada kesadaran dari kita sendiri, bertapa pentingnya kebesrihan itu, untuk hidup kita yang lebih sehat dan lingkungan kita yang terlihat bersih dan indah, serta nyaman untuk di tempati. Dengan cara tidak membuang sampah sembarang (ke sungai atau sebagainya), dan buanglah sampah pada tepatnya.

Sekitar 20 menit kita berjalan, kita sampai juga di depan masjid Salman ITB. Adi pun langsung SMS Kak Arief, untuk mengabari kalau kita udah sampe di depan asrama. Hari ini adalah hari terakhir kita di Bandung, dan kita pun akan mengakhiri petualangan kita di sini. Setelah menumpang mandi dan sarapan di depan kampus ITB. Jam 9 pagi kita langsung menuju terminal Cicaheum, dan pulang kembali ke Cirebon dengan menggunakan Bis.

Ini adalah liburan dan petualangan kita pertama sekaligus merayakan tahun baru bersama. Gue berharap ini bukanlah menjadi liburan bersama yang terakhir juga bagi kita, ya mengingat tahun ini adalah tahun terakhir kita di SMA, dan kita gak tau apakah kita bakalan satu daerah lagi untuk kuliah, atau malah berpenjar.

Tapi yang gue harapkan, entah kapan atau beberapa tahun lagi, kita berlima bersama Fahri yang gak bisa ikut liburan kali ini, bisa kembali liburan bersama lagi, dan membuat cerita petualangan baru.

Bersambung...

Moment-moment : 

foto nekad di jembatan fly over pasupati


foto nekad di jembatan fly over pasupati

kecapean setelah berjalan ke alun-alun gak dapet apa-apa





hayo itu apa ?




0 komentar:

Posting Komentar