Episode : Magnet putih abu (waktu terakhir di SMA)

Ujian Nasional telah selasai, beban kita pun sebagai siswa SMA mulai berkurang, tapi walaupun begitu, ketegangan dan keraguan kita terhadap jawaban yang kita isi masih berada dibenak kita, satu-satunya cara agar keraguan dan ketegangan kita menghilang adalah dengan berdoa terus kepada Allah SWT.

Ujian Nasional berakhir berarti menandakan juga, waktu kita berada di SMA sudah tidak lama lagi, dan dalam beberapa hari lagi akan segera berakhir. Sambil menunggu pengumuman nasib kita selama 3 tahun di SMA dari hasil Ujian Nasional, kita-kita gak dibiarkan bebas dan dilepas begitu aja ‘kaya kebo’ di sawah oleh pihak sekolah.

Ya setelah UN pihak sekolah mengadakan intensif persiapan tes SBMPTN bagi kelas 12. Dan ini yang menyebabkan kita tidak bisa meliburkan diri secara bebas, dan karena kita gak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, dan ingin bisa diterima di PTN. Kita-kita pun setelah UN, masuk ke sekolah seperti biasanya untuk belajar, tapi walaupun begitu jam belajar kita gak sama seperti siswa kelas 10 dan 11.

Kita masuk ke sekolah sesuai jadwal yang telah disediakan, yaitu seminggu 3 kali pertemuan selama 1 bulan, mulai dari jam 7 sampe jam 10 pagi. Dan barulah setelah jam 10 pagi lewat kita baru dibebaskan oleh pihak sekolah, terserah semau kita mau ngapain aja juga boleh, mau pulang ya boleh, atau mau goyang dumang sambil kayang di tengah lapangan sampe magrib juga boleh.

Mengingat  waktu kita di SMA sebentar lagi berakhir, dan akan meninggalkan sekolah ini. Selesai intensif pun kita menggunakan waktu terakhir-terakhir kita dimasa putih abu-abu dan memanfaatkan semua fasilitas untuk berlama-lama di sekolah. Mulai dari lapangan basket, untuk bermain basket atau futsal, proyektor untuk nonton film rame-rame atau untuk nobar bermain PES, wifi untuk downloadin film atau video untuk bersediaan di rumah (entah deh videonya juga video apa), dan sampe-sampe ruangan kelas juga digunakan untuk mojok berduaan di masa-masa terakhirnya di SMA.

Entah kenapa setelah UN kita-kita malah betah berlama-lama di sekolah sampe sore, dan ketika gak ada jadwal masuk sekolah untuk intensif pun ,kita malah sempet-sempetin datang ke sekolah untuk sekedar nikmatin fasilitas sekolah secara gratis, atau nongkrong di kantin sambil ngecengin adik kelas yang cantik-cantik.

Mungkin ini yang disebut gaya tarik magnet putih abu, ya masa-masa putih abu-abu mempunyai gaya tarik tersendiri, yang membuat masa-masa di SMA terlihat lebih amazing, menyenakan, dan seru, serta  penuh warna dan penuh cinta #Eaah.

Sebenarnya gue dan teman-teman sudah dari kelas 10, banyak menghabiskan waktu berlama-lama sampe sore di SMA. Entah kenapa ketika itu sampe menjelang lulus, ketika selesai jam terakhir kita selalu betah berlama-lama di sekolah sampe sore, entah itu ada kegiatan atau gak, SMA selalu menjadi tempat kita untuk berlabuh, mulai dari belajar menuntut ilmu, sampe membuang rasa kejenuhan setelah belajar seharian .

Menghabiskan waktu sore di sekolah bersama teman-teman untuk kegiatan ekskul, kerja kelompok atau sekedar nongkrong sambil bermain gitar dan nyanyi-nyanyi atau ngobrol di kantin, dan di masjid sambil ngeliatin ekskul-ekskul lain lagi latihan (dibaca liatin cewe-cewe) adalah menjadi moment-moment yang sangat berharga bagi gue selama 3 tahun di SMA. Ya masa-masa itu lah yang gue kangenin ketika sudah tidak memakai seragam putih abu-abu lagi, masa-masa dimana kita mencari jati diri kita mulai dari yang namanya cita hingga cinta.

ketika menunggu hasil pengumuman UN dan SNMPTN selama satu bulan lebih, gue dan keempat sabahabat gue, yaitu : Adi, Evan, Eki, dan Fahri. Mencoba sekaligus belajar menjadi wirausaha. Sebelumnya juga kita berlima, sudah pernah berwirausaha sebagai jasa peminjaman barang perlengkapan camping. Ide ini dari gue dan Evan, ya kita berdua adalah anak IPS (social). Yang selalu mencari keuntungan dimana pun dan kapan pun, dari kegiatan yang kita lakukan.

Ketika itu kita melihat sebuah peluang usaha yang bisa kita manfaatkan untuk merauk sebuah keuntungan. Ya pada saat itu kita berlima menjadi panitia inti dalam acara camping tahunan, yang menentukan barang perlengkapan yang wajib dibawa oleh para peserta pada saat camping. Dan peluang inilah yang kita manfaatkan sebagai sumber keuntungan dan pendapatan kita, dengan cara membuat usaha peminjaman dan penjualan barang perlengkapan camping.

Bisa dibilang ini adalah praktek pasar monopoli kita, ya karena semua barang yang dibutuhkan peserta, kita yang nentuin, dan kita sendiri yang jual. Tapi sebenernya maksud kita membuka usaha ini, bukan untuk memonopoli mereka, sebenernya mereka juga bisa aja mencari barang yang mereka butuhkan untuk camping, bukan lewat jasa kita atau mencari dan membelinya sendiri di luar sekolah.

Tujuan kita membuka usaha ini adalah untuk membantu dan memudahkan mereka dalam mempersiapkan acara camping tahunan, agar mereka tidak terlihat kerepotan sekali dalam mencari barang yang mereka butuhkan. Karena semua barang yang mereka butuhkan sudah tersedia di kita, dan kita pun menawarkannya dengan cara baik-baik tanpa paksaan, dengan motto usaha kita “Percayakan dan serahkanlah, kepada yang terpercaya”

Motto ini diambil karena kita adalah sebagai panitia inti, yang mempunyai keinginan acara camping tahunan ini bisa berjalan dengan sukses dan lancar. Maka dari itu kita-kita gak bakalan mungkin murugikan mereka apalagi membohonginya, karena kita juga meinginkan para peserta kita ini bener-bener maksimal persiapannya 100% untuk mengikuti acara camping tahunan.

  Dan dalam bisnis ini pun bukan atas namakan panitia, walaupun kita berlima adalah panitia inti dari acara camping tahunan, bisnis ini kita jalankan diluar program kepanitian dan bersifat independen. Ya bisa dibilang juga kita-kita ini menyelam sambil minum air, jadi panitia inti sekaligus membuka usaha untuk mencari pendapatan.

Setelah UN pun, kita-kita kembali melakukan wirausaha, bisnis kita kali ini bukan lagi jasa peminjaman perlengkapan camping, melainkan bisnis jual beli barang bekas (sampah). Bisnis ini bermula, ketika itu sekolah kita sedang mengikuti lomba sekolah sehat tingkat nasional, dan ketika itu juga di sekolah ada progam bank sampah, dan kebetulan ketika itu Adi yang mantan anak PMR ditunjuk untuk membantu menangani program bank sampah.

Adi yang ketika itu membutuhkan beberapa orang untuk membantu menangani program bank sampah, langsung mengajak kita berempat, yaitu : Gue,Evan,Eki, dan Fahri. Dan ketika dalam perencanaan bank sampah, kendala pun muncul, ketika sampah yang sudah berhasil kita kumpulkan dalam satu hari, mau kita ke manakan, agar bisa menjadi uang.

Karena rata-rata para pengusaha barang bekas (rongsokan), tidak mau menerima sampah dalam jumlah kiloan atau karungan kecil, mereka hanya ingin menerima minimal satu kwintal. Kalau kita harus mengumpulkan satu kwintal dulu, berarti kita membutuhkan waktu minimal 2 minggu untuk mengumpulkan sampah sebanyak itu, jika kita harus menjual sampah sampe menunggu 1 kwintal berarti sampah-sampah yang sudah terkumpul akan tertimbun di sekolah. Ketika itu pihak sekolah gak mau menanggung resiko itu, mereka inginnya setiap hari sampah yang terkumpul pun harus bisa terjual, dan menjadi pemasukan bagi kelas-kelas yang sudah menabungkan sampahnya.

Ide bisnis kita melakukan jual beli sampah pun muncul dari Evan, dan kebetulan orang tua Evan mempunyai usaha jual beli barang bekas juga. Tapi ketika itu Evan tidak bisa menyalurkan sampah-sampah kita ini langsung ke orang tuanya, dan dia pun langsung mengajak kita untuk membuka bisnis baru jual beli sampah.

Kita pun setuju dengan ide Evan, dan langsung mengajukan proposal usaha kita untuk menjadi rekan bisnis dalam program bank sampah. Dan proposal kita langsung diterima, dan kita pun secara resmi menjadi distributor sampah dari sekolah. Sampah-sampah yang sudah terkumpul dalam sehari, kita beli dan kita bawa ke tempat kita, dan kita kumpulkan lalu setelah terkumpul banyak, kita jual kembali ke penadah barang bekas.

Setiap sore kita pun mengangkut sampah-sampah hasil pengumpulan siswa-siswa ini ke rumah Adi yang sudah tidak terpakai lagi  yang hanya ditunggui oleh saudaranya, dan di rumah inilah tempat yang dijadikan markas kita untuk menjalankan bisnis jual beli sampah. Setiap jam 5 sore kita berlima mangangkut karung-karung kecil berisikan sampah botol, dan kertas-kertas dengan menggunakan motor.

Suatu hari sampah-sampah yang kita angkut dari sekolah semakin banyak dan menumpuk, ketika itu kita menempatkan sampah-sampah ini hanya di dalam gudang yang berukuran kecil. Karena sampah yang kita angkut samakin menumpuk di gudang, dan sampah yang terkumpul ini belum kita jual juga karena masih belum memenuhi target. Kita pun harus memikirkan tempat lagi yang cukup luas, untuk bisa menampung sampah-sampah ini.

Kita tidak mungkin terus-terusan menyimpan sampah-sampah ini dalam ruangan rumah, dan satu-satunya tempat yang bisa kita gunakan untuk penyimpanan sampah-sampah ini adalah halaman belakang rumah. Tapi kendalannya ketika itu halaman belakang rumah kondisinya bener-bener tidak memungkinkan sekali, terlihat seperti hutan-hutan rimba, yang penuh dengan semak-semak dan pepohonan yang tumbuh secara liar.

Jika kita ingin memakai tempat ini, mau gak mau kita pun harus membersihkannya dulu. Dan kita semua pun sepakat untuk menggunakan halaman belakang rumah untuk dijadikan tempat penyimpanan persediaan barang dagang kita (dibaca sampah-sampah). Dan keesokan harinya pun kita putuskan untuk melakukan kerja bakti bersih-bersih pekarangan.

Jam 7 pagi kita janjian di markas untuk bersih-bersih pekarangan, seperti biasanya namanya juga orang indonesia, janjian jam 7, kita-kita malah baru kumpul semua jam 8 pagi. Dan setelah kumpul tanpa berbasi-basi mengobrol lama-lama lagi,  kita berempat, yaitu : Gue, Adi, Evan, dan Eki. Langsung melakukan kerja bakti, ketika itu si Fahri gak bisa ikut, karena dia ada jadwal bimbingan belajar intesip SBMPTN di tempat lesnya. Kita pun tidak keberetan dan tidak mempermasalahkannya.

Dan kini kita berempat, 4 lokomotif Tim Sepur (Sebelas Panitia Tempur) ketika camping tahunan kemarin, langsung berkerja ekstra keras untuk membersihkan pekarangan halaman bekalang rumah ini. dan dengan peralatan seadanya golok dan celurit kita pun langsung mulai beraksi membegal motor. Eh set deh, bukan itu maksudnya, walaupun muka-muka kita sangar ditambah peralatan benda tajam ini, kita bukan kelompok pembegal motor kok, tapi kalau kelompok pembegal hati cewe iya, tapi sayang aski pembegalannya gak pernah berhasil.

Kita berempat mulai membagi tugas untuk mulai aksi begal bersih-bersih, Gue dan Evan yang bertugas menembang pohon-pohon yang tumbuh secara liar, sedangkan Eki dan Adi bertugas memotong semak-semak. Selama satu jam kita terus berkerja bakti, dan selama satu jam lebih barulah kita-kita mengalami kendala, satu persatu celurit yang dipake Adi dan Eki rusak.

Pertama celurit Eki rusak karena gagang kayunya copot, sudah sempat bisa dibenerin lagi dengan cara disumbat pake batang kayu, tapi lagi-lagi ketika dipake untuk memotong semak-semak, celurit pun lepas dari gagaknya dan kelempar kesana kemari, ya karena terlalu bahaya sekali jika dipaksakan untuk digunakan, Evan pun menyuluh Eki untuk ditidak memakai celuritnya lagi.

Lalu tak berapa lama setelah celurit Eki rusak, barulah giliran celurit Adi yang patah karena membentur batu. Ketika itu Adi terlalu bersemangat sekali memotong semak-semaknya, sampe-sampe dia tidak sadar kalau diantara semak-semak yang dia potong itu di bawahnya terdapat batu yang cukup besar, dan tanpa disangka celurit Adi pun malah menghantam batu itu sampe celuritnya patah, bukan batunya yang patah kebelah.

Kini pun alat yang tersisa untuk malakukan kerja bakti hanya dua golok yang gue dan Evan pake untuk menebang pohon. Tapi walaupun begitu kerja bakti tetep kita lanjutkan, dan karena menebang pohon membutuhkan waktu yang cukup lama, kita-kita pun memutuskan untuk memotong dan membersihkan semak-semak dulu yang mudah dan cepat, dengan menggunakan dua golok yang tersisa.

Tugas pun dibagi lagi menjadi dua, Adi dan Evan yang bertugas memotong semak-semak dengan golok, sedangkan gue dan eki bersantai-santai tiduran dibawah pohon sambil makan kacang. Eh bukan-bukan, kalau gitu mah kita-kita malah keliatanya kaya monyet. Gue dan Eki kini bertugas mengangkut dan mengumpulkan semak-semak yang telah dipotong, di satu tempat.

Ketika kita sedang berkerja bakti membersihkan semak-semak, hampir saja terjadi insiden yang sangat fatal. Ketika Eki mengambi semak-semak yang telah dipotong oleh Evan, tiba-tiba golok yang dipake Evan rusak, goloknya lepas dari gagangnya dan terlempar ke arah Eki yang berada di samping tak jauh dari Evan, tapi untungnya golok tidak mengenai Eki, golok Evan yang terlempar malah mengenai pohon, yang berada di sampingnya Eki. Ketika golok terlepas dari gagangnya Evan langsung teriak ke Eki,

“Ki, Awas Ki !”

Eki langsung kaget mendengar Evan, tapi belum sempat menghindar, dan untuknya golok tidak mengenainya. Setelah Eki tau golok Evan terlempar, dan dia selamat tidak kena lemparan golok. Dia pun langsung bilang

“Untung, untung gue masih selamat. Buset deh itu golok main terbang-terbang aja.”

Adi yang kaget setelah mendengar Evan teriak, dia langsung menanyainya,

“Kenapa Boy ?”

“Goloknya rusak Di, lepas lagi dari gagangnya.” Ucap Evan

“Untungnya aja gak kena gue, selamat deh hidup gue.” Ucap Eki, yang masih mengucapkan syukur atas lolosnya dari insidean yang sangat membahayakan.

“Awas Ki, jangan deket-deket Evan lagi, tar malah kesamber golok.” Ucap gue yang memberikan peringatan

“Sory Ki.” Ucap Evan meminta maaf ke Eki.

“Yo, gak papa van, santai aja lagian juga gak kena.” Balas Eki

Setelah kejadian itu kita pun mulai lagi membersihkan semak-semak dengan cara lebih berhati-hati lagi. Tapi tak lama dari kejadian itu, muncul lagi insiden baru, dan sekarang giliran gue yang jadi korbannya. Ketika itu Adi yang sedang membersihkan semak-semak dengan cara menebasnya ke kiri dan ke kenan dangen penuh semangat kaya orang tawuran, dia menyuruh gue,

“Mi, lo angkut nih semak-samak yang di sini, udah banyak.”

Gue pun langsung menghampiri dia dan mengangkut semak-semaknya dan  membawanya ke tempat lain, setelah selesai menaruh semak-semak, gue menghampiri Adi lagi untuk mengangkut semak-semak kembali, ketika gue sedang menyatukan semak-semak untuk diangkut. Tanpa di sengaja Adi yang sedang menebas-nebas semak ke kiri dan ke kanan dengan penuh semangat kaya orang tawuran itu, bagian belakang golok yang di pegang Adi mengenai gue dan dengan mulus menghantam pelipis mata gue.

“PLETAK !”

Adi yang terkejut goloknya mengenai gue, dia langsung bilang maaf

“Eh Mi Sory Mi, gue gak tau kalau ada lo di deket gue. Lo gak papakan ?”

“Hadeuh... Kepala gue pusing nih.” Ngeluh gue ke dia

Evan dan Eki yang berada di belakang gue, yang lagi sibuk bersihin semak-semak juga, mereka langsung terkejut.

“Mi kenapa, lo ?”

“Kepala gue sakit nih, pusing kena golok.” Balas gue

“Loh kok, bisa gitu sih kenapa ?” tanya Evan

“Gue gak tau kalau Fahmi ada di sebelah gue. Gue lagi nebas-nebasin semak-semak, tau-tau goloknya kena kepala Fahmi aja.” Ucap Adi yang menjelaskannya ke Eki dan Evan

“Mi kepala lo, berdarah gak ? tanya Evan

Gue masih memegangi kepala gue yang terus terasa sakit “Untungnya sih gak berdarah, kayanya  cuma bencol dikit sama lecet-lecet aja.”

“Awas Mi, makanya hati-hati, jangan deket-deket, tar malah ke samber golok hehehe.” Eki mengutip kata-kata peringatan gue.

“Udah tau Adi megang golok, lonya malah deketin dia. hehehe” Ucap Evan yang ngingetin gue.
“Ya habisnya Adi, tadi manggil gue buat ngambilin semak-semak. Ya gue samperin buat ngangkut semak-semaknya.” Ucap gue.

“Sory Mi, Sory. Gue jadi ngerasa bersalah banget euy. Ya udah deh kita istirahat dulu aja.” Ucap Adi yang kembali meminta maaf dan menyuruh kita istirahat dulu.

“Iya Di, gak papa. Lagian juga gak parah-parah banget.” Ucap gue.

Untungnya aja ketika itu golok yang menghantam gue bagian belakangnya, bukan mata goloknya, dan untunya aja mengenai pelipis gue, gak kena kelopak mata gue, dan untungnya juga Adi nebas goloknya gak terlalu kenceng banget. Kalau aja ketika itu yang mengantam kepala gue adalah bagian mata goloknya, udah deh, kayanya nasib gue gak tau bakalan kaya gimana. Untungnya, Alhamdullilah gue masih selamat, kepala gue gak kenapa-kenapa sampe sekarang. Ya walaupun otak gue terkadang suka konslet.

Bertugas sebagai yang ngangkutin semak-semak, ternyata sangat beresiko sekali dan sangat membahaya  sampe-sempa bisa mengancam keselamatan. Setela Eki yang hampir saja tersamber golok, dan kini malah gue yang tersamber golok beneren. Tapi untung ketika itu kita berdua masih selamat gak kenapa-kenapa, walaupun kepala gue tersamber golok Adi, tapi itu gak terlalu parah banget. Ya walapun kepala gue sakitnya nyut-nyutan sampe bikin pusing juga.

Dan setelah beristirahat kita pun kembali lagi berkerja bakti, dan sekarang kita bergantian bertugas, Gue dan Eki yang bertugas bagian memotong semak-semak dengan golok serta menebangin pepohonan secara bergantian dengan mereka berdua, dan kini Evan dan Adi yang bertugas memgumpulkan semak-semak. (Awas gantian lo, dan rasakanlah apa yang kita rasakan, bertugas ngumpulin semak-semak itu rasanya cape bro, bolak-balik terus angkutin semak-semak).

Dan untungnya ketika gue dan Eki yang bertugas memotong semak-semak, tidak terjadi insiden yang hampir fatal lagi. Dan akhirnya selama 4 jam, tugas kita berkerja bakti pun selesai juga, mulai dari bersihin semak-semak sampe nebangin pohon-pohon yang tumbuh secara liar. Dan kini pekarangan halaman belakang rumah, sudah terlihat cukup bersih dan rapih. Tidak seperti yang sebelumnya yang terlihat kaya hutan blantara, yang penuh dengan semak-semak tinggi  dan pepohonan yang tumbuh secara liar.

Kerja keras 4 orang lokomotif Tim Sepur, emang selalu membuahkan hasil yang sangat memuaskan, tugas dan misi apapun yang berada ditangan mereka, selalu bisa diselesaikan dengan maksimal. Walaupun dalam prosesnya, kita terkadang merubah-rubah rencana, tapi setiap rencana yang kita ubah, tetap memiliki tujuan yang sama. Gue salut dengan mereka, dan gue bangga bisa menjadi bagian dari mereka.

Bersambung...

0 komentar:

Posting Komentar