Episode : Green Mission (3)



Di tengah teriknya matahari di tengah hutan, kita terus bersemangat menanam pohon, agar bumi yang kita huni ini tidak semakin terasa panas. Dan pohon yang kita tanam ini bisa tumbuh besar, lalu dapat menghijaukan kembali bumi kita yang gersang.

Sambil menanam pohon dan mengalihkan rasa kepanasan karena mantan yang pamer pacar barunya sinar matahari yang terus membayangi, gue mengobrol dengan Eki,
“Eh Mi, nanam benih pohon lo kan udah pernah nih, kapan mau nanam yang lain ?”

Gue gak ngerti maksud Eki apa, gue tanya balik “Maksudnya ?”

 “Nanam benih cinta Mi.”

Gue terdiam sejenak, waduh Eki ngomongin tentang cinta nih, di saat kita berdua lagi nanam pohon, yang gue takutin dia malah frontal terus berbisik ke gue “Nanam benih-benih cinta diantara kita Mi.” Tidak tidak... jangan sampe hal itu terjadi, gue gak mau ngerasain jeruk makan jeruk. Suara Eki kembali menyadarkan gue,

“Woy, malah ngelamun lo, hayo ngelamunin apaan ? ngelamunin jorok ya.”

 “Enak aja, sembarangan lo. Gak tau nih, gue belum menemukan orang yang pas, untuk menanam benih cinta gue.”

 “Yaudah, lupakan aja dulu tentang nanam benih cintanya, lanjutin aja dulu nanam pohonnya, biar cepet kelar nih.”

Gue melanjutkan nanam pohon, yang masih menyisahkan sekitar 12 bibit pohon lagi yang belum gue tanam. Ketika gue sedang melanjutkan menanam pohon, gue terus memikirkan hal itu, emang bener kata Eki, gue udah terlalu lama banget menjomblo,  bahkan gelar kejombloan gue udah lumutan dan berkarat. Sudah saatnya juga gue menanam benih cinta gue kepada seseorang. Ketika gue lagi memikirkan hal itu, tiba-tiba mata gue terbinar melihat seorang cewe, sekitar 10 meter yang ada di depan gue.

Dia adalah Fibri, adik kelas gue anak PMR. Gue dibuat terpersona ketika melihatnya, wajahnya yang anggun dengan memakai kaca mata, dan rambutnya yang panjang, ditambah senyuman manisnya, membuat suasana di tengah hutan ini yang tadinya panas, tiba-tiba terasa sejuk dan adem. (halah... lebay)

Gue rasa, dia orang yang cocok untuk gue tanam cintanya, tapi ketika itu gue belum berani untuk mendekatinya, gue hanya berani sebatas untuk melihatnya saja. Eki mengetahui gue, yang lagi fokus memandangi Fibri. Suara Eki menyadarkan gue,

“Heh jangan diliatin terus, selesain dulu tuh nanam pohonnya, baru lo nanam yang di sana.”

Muka gue yang fokus memandangi Fibri, kini kembali lagi menunduk dan mencoba fokus melihat ke lubang tanah yang sedang gue gali, dan gue malanjutkan kembali menanam pohon. 

Sekitar 2 jam lebih acara menanam 300 bibit pohon akhirnya selesai juga. Sambil melepas lelah dan kepanasan, kita beristirahat di bawah pepohonan sambil menunggu makan siang datang. Saat sedang bersantai di bawah pohon, entah kenapa mata gue selalu mengikuti dan memandang Fibri dimana pun dia berada. Entah apa yang gue rasakan saat itu, seakan-akan gue terhipnotis dibuatnya.

Gue udah lama gak merasakan jatuh cinta lagi, terakhir gue merasakan hal itu satu tahun yang lalu, dimana gue ketika itu jatuh cinta kepada Nila teman sekelas gue. Tapi sayang, cinta itu hanya bisa bertepuk sebelah tangan, karena dia sebenarnya udah mempunyai pacar.  Walaupun kita berdua ketika itu udah benar-bener deket, tapi gue gak bisa menerimanya, karena gue gak mau merusak hubungan orang lain.

Dan pada akhirnya, gue memilih untuk menjauh dari dia, hingga sampai sekarang hubungan kita berdua udah gak deket lagi. Dan nampaknya gue perhatiin, sekarang dia keliatannya seperti membenci gue, setiap kali kita bertemu dan berpapasan, dia selalu membuang mukanya dari gue. Gue juga gak tau, kenapa dia jadi seperti itu, mungkin dia masih marah dengan sikap gue ketika itu.

Gue sebenernya gak mau hubungan gue dengan Nila seperti seorang musuh, tapi mungkin sikap gue ketika itu adalah pilihan yang tepat bagi gue dengan Nila, dan Nila dengan pacarnya. Gue memilih untuk mengorbankan diri gue sendiri, dibenci oleh Nila, dari pada gue memilih Nila, lalu merusak hubungan orang lain, dan pada akhirnya gue bisa dibenci oleh banyak orang.

Ketika ingatan gue lagi mengarah ke masa lalu, Janu datang menghampiri gue dan menyadarkan gue,

“Woy tumben banget lo, sendirian aja. Biasanya lo ngumpul sama anak-anak yang lain, ada apa nih ?”

Gue menyambut Janu “Woy Jan. Gak papa kok, gue lagi pengen menyendiri aja, sambil menikmati udara sejuk. Mumpung lagi di kaki gunung Ciremai Jan, merefesh pikiranlah dari tugas-tugas yang menumpuk, biar pulang-pulang lebih fresh lagi.” Alasan gue untuk menyembunyikan kegalauan gue dari Janu.

 “Gue kira lo ke kesambet setan Mi, duduk sendirian di bawah pohon. Iya Mi bener, udaranya enak nih buat ngerefesh otak, gue pusing nih mikirin tugas kasus Akuntansi belum kelar-kelar. Lo udah kelar belum Mi ?”

 “Alhamdullilah minggu kemarin gue udah kelar, baru nyampe mana lo tugasnya ?”

 “Masih buku besar Mi.”

 “Masih banyak lagi dong, minggu depan loh deadlinenya, lo harus cepet selesain tuh.”

 “Iya nih, itu aja gue masih kebingungan pas gue posting ke neraca, saldo akhirnya antara debit sama kredit, gak belanced Mi. Lo bantuin gue lah.”

 “Oke deh, tar gue bantuin lo.”

Ketika kita berdua lagi ngobrolin tugas, Yara memanggil kita,

“Heh lo berdua, mojok aja kaya orang pacaran, mau makan gak lo, nih makan siangnya udah datang.”

Kita berdua langsung menghampiri Yara dan berkumpul dengan yang lainnya untuk makan siang bersama. Di bawah pohon-pohon pinus dengan beralasan tiker, kita makan siang bersama sambil menikmati pemandangan gunung Ciremai.

Setelah makan siang kita langsung membereskan semua barang bawaan kita untuk pulang lagi ke sekolah. ketika kita lagi beres-beres perlengkapan, tiba-tiba ada insiden yang tidak kita kira. Dari semak-semak yang kering, tiba-tiba mengeluarkan percikan api, dan ketika angin datang percikan api itu mulai membesar dengan merambah ke semak-semak dan tumbuhan lainnya.

Kita semua langsung terkejut ketika melihat api yang cukup besar melahap tumbuhan lainnya. Sebagian guru dan anak-anak  yang lain langsung bergegas meninggalkan tempat, dan gue lihat ketika itu para penjaga hutan berusaha untuk memadamkan apinya.

Ketika itu gue berprasangka buruk ke Fahri, jangan-jangan dia lagi, yang ngebakar hutannya. Soalnya dari awal berangkat, gerak-gerik dia seperti mau ngerusak hutan, mulai dari bawa golok lah, sampe punya niatan mau ngeledakin tabung oksigen segala. Gue berbisik ke Fahri yang ada di belakang  gue,

“Heh Ri, lo ya, yang ngebakar hutannya ?”

“Enak aja lo, nuduh gue sembarangan, gue bacok juga lo di sini”

Fahri mengancam gue sambil siap-siap mau ngambil golok, gue hanya merespon dia dengan ketawa kecil sambil nyengir. Dan tiba-tiba Adi yang berdiri disamping gue, dia lari ke arah kobaran api dan membantu para penjaga hutan.

Gue yang melihat Adi berlari ke arah para penjaga hutan untuk membantu memadamkan api, gue langsung lari dan mengambil dahan kayu lalu ikutan membantu mereka memandamkan Api, dan tak lama kemudian anak-anak cowo dan Pak guru yang masih ada di lokasi, langsung membantu para penjaga hutan untuk bisa memadamkan api ini, agar tidak semakin membesar dan merambah ke yang lainnya.

Ketika itu kita kesulitan untuk mencari air karena di sini gak ada sungai, seketika ketika itu gue punya ide berlian buat dapetin air dan bisa memadam api ini dengan cepat. Gue suruh aja kita semua untuk menangis lalu kita pake air matanya untuk madamin api cemburu, tapi itu hanya ide bodoh yang ada di kepala gue, kalau kita semua menangis, terus ngandalin air mata kita buat madamin api, sampe ade kucing bisa ngomong terus minta disunat juga, air mata kita gak bakalan bisa buat madamin ini api, yang ada kita malah bisa mati kebakar di sini.

Dan kita semua untuk memandamkan api hanya bisa mengandalkan dahan pohon dan kayu yang kita geprak-geprakan ke api agar bisa dipadamkan. Ketika kita berusaha untuk memadamkan apinya dengan dahan dan kayu, tiba-tiba angin datang lagi dan api kembali membesar, lalu merabah ke yang lainnya.

Kita semua mulai panik, dan kebingungan bagaimana ngatasinnya, dan penjaga hutan memberi intruksi kepada kita untuk memadamkannya dengan tanah lalu kita geprak-geprakan lagi apinya dengan dahan dan kayu, cara ini cukup efektif juga, sedikit demi sedikit bagian yang terbakar bisa dipadamkan, kita pun langsung berusaha memdamkan lagi dengan cepat, agar api yang udah hampir padam ini gak tertiup angin dan tidak membasar lagi.

Dan akhirnya selama 30 menit api ini bisa kita padamkan juga, dan pohon-pohon yang barusan kita tanam pun selamat dari kobaran api. Dan untungnya api ini belum masuk ke dalam hutan, masih berada di ladang yang ditumbuhi semak-semak kering.

Sebagian guru dan anak-anak cewe sudah turun ke bawah menuju parkiran, sedangkan kita-kita beristirahat sebentar sambil melepas lelah setelah berjuang memadamkan api. Dan akhirnya berkat kerja sama, hutan bisa kita selamatkan dari kobarin api.

Tidak lama kita beristirahat kita langsung kembali lagi ke parkiran untuk pulang. Mission complate, menanam pohon sekaligus memandamkan api di hutan sudah kita lakukan. Sekarang tugas kita adalah menjaga hutan ini, karena semuanya akan berdampak pada kita, entah itu manfaatnya atau kerusakannya. Dan marilah meperhatikan lingkungan dengan kesadaran yang tinggi untuk menjaganya. Green Our Eerth

Bersambung...

Jepretan dapet nemu : 





26 komentar:

  1. kenapa pake air mata
    coba deh u pake pipis aja buat mademin apinya
    pasti deh langsung mati apinya haha
    tpi u termasuk orang yang care terhadap sekitar u
    salut sama u
    :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaah bukanya cepet padam, malah titit gue kebakar. :D

      Hapus
  2. Emang ya, kalo jomblo, lagi ngapain aja, langsung disangkutin sama itu.
    Ini pohon aja disangkutin sama itu.
    Nanti lagi nonton tivi, baca, buku, makan, disangkutin sm itu.

    Memang jomblo gak bisa lepas dari itu.

    *kata 'itu' bisa diganti sesuka hati. hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. itu enaknya diganti sama apa ya, ya pokoknya itu deh :D

      Hapus
  3. pengalamannya seru, untung nggak terjadi kebakaran hutan, kan bisa membahayakan makhluk hidup yang ada dihutan

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya seru sekaligus menenggangkan, dan untuknya kita cepat mengatasinya :D

      Hapus
  4. SI fahri galak juga ya, masa gitu aja langsung ngegolok

    Kayaknya tugas akuntansi tu sulit ya, pernah gitu liat buku pengantar akuntansi punya anak jurusan apk. Semuanya mesti dicatet bahkan pengeluaran kayak beli pulpen gitu dicatet

    Mungkin hutannya bisa kebakar gara-gara amarah yang berkecamuk dalam hatimu dan tiba-tiba keluar begitu saja lalu berbubah jadi api dan membakar hutan. Aku ngomong apaan sih?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Fahri mah emang gitu orangnya :D

      tapi sesulitnya akuntansi, ngitung gak bikin cape, karan yang kita hitung adalah uang, jadi tambah semangat. hehehe

      Halah ki, masih kecil udah ngomongin cinta. :D

      Hapus
  5. Meskipun gue dulu anak pemasaran waktu di SMK, gue nggak pernah paham itu sama akutansi. Hahahaha. Saking bandelnya kali, ya? :D

    Pengalaman lo kali ini udah kayak es campur, ya? Mulai dari baper, sampai ke pengin pacaran lagi dan sampai memadamkan api. Pokoknya selagi bisa nulis, tulis aja apapun yang dialami. Biar kalau kita tua nanti bisa dijadiin cerita sama anak. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha wajar kok namanya juga anak sekolah, gue dulu juga sempet bandel. hehehe

      iya rasanya juga udah kaya permen nano-nano, manis, asem, asin beli karuan rasanya. :D

      nah iya tuh bang, gue menulis ini untuk memory gue mengingat di hari tua nanti. hehehe

      Hapus
  6. yes... menjaga hutan sudah seharusnya menjadi kewajiban kita. jangan sampe ada kasus kebakaran hutan gara2 ulah manusia :")

    asli bro..... lo anak sosial banget deh.............. jadi panitia..... tanam pohon.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya bener itu, ayo kita saling bergotong royong menjaga hutan kita.

      ya namanya juga anak IPS, bangga jadi anak IPS, hehehe hidup social

      Hapus
  7. Itu idenya gila ya, masa disuruh nangis, gue kira bakal lu suruh kencing, kan lebih enak tuh daripada nangis :P

    Cie... yang udah lama jomblo, kasian amat ya lu sama Nila. Sekarang si Nila masih punya pacar gak? Kalau udah jomblo, langsung aja deketin lagi :P. Soal Fibri, gue tunggu ceritanya nih.

    Oh iya, di hasil jepretan lu itu, Fibri ada gak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau kencing takut tar titit gue malah jadi sosis panggang. :D

      kalau gak salah dia kayanya sekarang jomblo juga deh, tapi gak tau sih, udah lama gak ketemu lagi.

      ada tapi nyempil orangnya.

      Hapus
  8. ini lanjutan yang kemarin ya?
    kayaknya lo aktif banget sama kegiatan kemah dan sejenisnya
    beda kali sama aku yg udah lama vaccum hahha
    main ke hutan memang lebih seru dibanding dilaut

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya bro, jiwa gue emang di alam, makanya jadi liar :D

      tapi lebih seru lagi kalau main ke rumah pacar, (halah kayanya gue punya pacar aja, main kerumahnya) :D

      Hapus
  9. Salut sama kegiatan go green-nya. Semoga generasi muda yang laen bisa ikutan nih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya semoga generasi muda yang lain, banyak yang lebih sadar tentang pedulinya pelestarian lingkungan.

      Hapus
  10. Salut sama kegiatan go green-nya. Semoga generasi muda yang laen bisa ikutan nih...

    BalasHapus
  11. untung apinya masih bisa dipadamkan sehingga hutannya gak kebakaran,hehe itu kisah fibrinya gimana?? :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya untungnya aja, fibri aman kok udah gue selamatin (sok pahlawan) :D

      Hapus
  12. Cie yang udah lama ngejomblo nih ye.. make mau nanem benih cinta sama anak PMR lagi. Gue punya ide mi biar lu bisa deket sama dia. Lu pura-pura sakit aja. Ntar pasti kan ditolongin tuh sama dia haha :D

    Ide lu ada-ada aja.. masa pake air mata. Kenapa nggak pake air seni alias kencing. Kan keluarnya lebih banyak haha :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha boleh juga tuh idenya, tapi semuang udah terlambat ;(

      kalau kencing, gue takutnya titit gue malah jadi sosis panggang :D

      Hapus
  13. Kayaknya waktu itu lu emang butuh banget numbuhin benih cinta di hatinya Fibri mi. Tapi waktu itu lu berani nggak, dan akhirnya gimana? Jadian nggak kalian? Ceritain di sini dong mi.Keputusan lu ngejauh dari Nila juga udah bener mi, daripada lu dapet masalah dari temen-temen lu, mending lu ngejauh.

    Hebat banget lu mi, ikut program nanem pohon. Aku cuma pernah nanem satu pohon dibantu anak satu kelas. Anak pramuka emang gitu ya, cinta sama alam. Alam aja mereka cintai apalagi mantannya ya.

    Kayaknya ide lu madamin api pake air mata itu enggak elite banget deh mi. Sampe lu punya pacar 33 juga apinya enggak bakal padam. Apalagi kalau nyiramnya pake air mata cemburu, nanti hutannya malah kebakar api cemburu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. liat aja deh di episode berikutnya, apakah gue berhasil menamnya kaya gue menam pohon. hehehe

      nah itu lah enaknya pacaran sama anak pramuka. hehehe
      hahaha kalau gue madaminnya pake air mata cemburu, yang ada gue malah ikutan gara-gara terbakar api cemburu. :D

      Hapus
  14. Cuman baca pengalaman kamu sambil liat foto fotonya aku udah berasa adem sendiri..enak ya pengalaman macam begitu sama temen walo sempet mau kebakaran hutan tapi nggak jadi...terus gimana rencana mau nanam cinta di hati dia? Hahaha..udah lama nggak jatih cnta ternyata baru setaun aja aduh bocah..bocah...kirain lama itu 5 taun gitu kek.

    BalasHapus