Episode : Tim SEPUR 

Setelah menempuh perjalanan selama 45 menit dan merasakan sensasinya naik diatas mobil truk (ngompreng) , seperti anak-anak SMA yang mau tawuran atau nonton konser. Akhirnya kita sampai juga di tempat Buper yang akan menjadi medan perang kita selama 1 hari.

Tempat Buper yang kita pakai untuk acara camping tahunan ini, adalah tempat Buper yang tahun kemarin kita pakai juga untuk acara camping. Ini adalah kali kedua bagi kita untuk camping lagi di sini, secara keseluruhan kondisi Buper gak jauh berbeda, masih seperti setahun yang lalu, area Buper yang bertempatan di lapangan bola di tengah-tangah sawah berterasering.

Sesampenya di Buper, Tim SEPUR (Tim sebelas pasukan tempur), yang diketua Evan sebagai lokomotifnya, dan digerbongi oleh sepuluh orang lainnya yaitu, Gue, Eki, Adi, Genta, Agis, Budi, Imam, Nendra, Ahmad, dan Yanto. Langsung beraksi menjalankan tugas, menurunkan barang-barang perlengkapan panitia untuk keperluan acara, dari mobil truk ke dalam lapangan.

Setelah bongkar muat selama satu jam, di tribun penonton kita beristirahat sebentar sambil briefing dan mengatur strategi untuk pembuatan denah Buper. Evan sebagai ketua tim sepur langsung memulai dan menyusun strategi kita. Ya selama satu hari di buper ini kita akan berkerja 24 jam non stop sampe besok siang untuk mempersiapkan denah Buper yang akan dijadikan tempat camping kita.

Strategi awal kita ketika itu adalah memfokuskan untuk membuat pemetaan denah buper, pembuatan pagar, dan pembuatan tenda-tenda pleton untuk dijadikan posko panitia dan kesehatan. Di strategi ini kita dibagi tiga tim sepur, yaitu sepur pertama yang akan bertugas melakukan pementaan buper dengan mengukur lapangan dan membaginya menjadi denah kavling sangga, serta membuat sketsa area buper. Tim ini terdiri dari Gue (sebagai lokomotif), Genta, Agis, Budi, dan Ahmad (sebagai gerbong).  

Lalu sepur kedua, yang bertugas membuat pagar pembatas area buper, yang terdiri dari Eki (sebagai lokomotif), Nendra, Yanto, dan Imam (sebagai gerbong), dan sempur terakhir adalah Evan dan Adi, yang bertugas mempersiapkan pendirian tenda pleton. Dan jika sempur ketiga udah siap untuk mendirikan tenda pleton, barulah tim sepur pertama dan kedua akan segara gabung dengan tim sepur ketiga untuk mendirikan tenda pleton.

Setelah strategi selesai dijelaskan, kita melakukan ibadah sholat dzuhur dan makan siang terlebih dahulu, agar tenaga kita kuat untuk berkerja ekstra keras. Setelah tenaga kita merasa cukup, barulah kita semua beraksi sesuai tugasnya masing-masing.

Gue langsung memimpin tim gue untuk malakukan pengukuran lapangan, karena kita dalam malakukan pengukuran tidak menggunakan meteran, karena emang gak ada meterannya. Lagi-lagi kita terpaksa harus melakukan pengukuran lapangan dengan cara manual, yaitu dengan berjalan sambil berhitung mengelilingi lapangan. Dengan patokan 2 langkah = 1 m.

Dan gue langsung menyuruh Genta dan Agis untuk mengukur panjang lapangan bagian samping,  Budi dan Ahmad mengukur lebar lapangan bagian depan. Sedangkan gue menggambar area denah lapangan. Ketika gue lihat Genta dan Agis yang lagi melakukan pengukuran, mereka berdua bolak-balik aja gak selesai-selesai, pas gue tanya

“Woy Gis, kanepa lo bolak-balik aja kaya setrikaan aja ? gak kelar-kelar. Berapa jadi panjang lapangannya ?”

Agis keliatan kebingungan sambil menggarukan kepala, dan langkah dia terhenti setelah gue memanggilnya, lalu dia bilang ke gue “Belum kelar kak, tadi lupa hitungannya sampe berapa.”

Agis terdiam sejenak sambil menggaruk-garukan kepala lagi, lalu dia bilang “Ah gara-gara kak Fahmi, nih, jadi lupa lagikan, tadi berapa ya ngitung, tuh ?”

Gue dan Genta cenge-ngesan melihat Agis, yang dari tadi udah 3 kali bolak-balik ngitung gak kelar-kelar. Ini anak ngitung panjang lapangan yang belum sampe 100 m aja udah kebingungan, nilai matematikanya dapet berapa lagi, tuh anak, ngitung segitu aja gak bisa. Karena gue gak tahan melihat Agis yang tersiksa bolak-balik keliling lapangan, gue menyuruh Genta untuk mengukurnya, sedangkan Agis berdiri di pojokan lapangan sebagai patokan, dan dia sekarang keliatan seperti orang-orangan sawah.

Setelah Genta dan Budi selesai mengukur lapangan dan malaporkannya ke gue, gue langsung menghitung dan menggambarkannya ke dalam sketsa yang udah gue buat, setelah selesai menghitungnya gue langsung membagi area buper menjadi menjadi 56 kavling, yang terdiri dari 23 sangga cowo dan 33 sangga cewe. Setelah satu sangga mendapat jatah kavling berukuran 2,5 m x 10 m. Kita langsung memetak-metakannya di lapangan dengan menggunakan tali rapia, dan menandai kavling sangga itu dengan papan sanggah yang sudah dibuat sebelumnya oleh para peserta.

Belum juga kita menyelesaikan kavling sangga, dari tribun adi memanggil gue, dengan melambaikan tangan ke arah gue, kaya orang tenggelam minta bantuan, tapi ketika adi memanggil gue, gue bingung ini si Adi ngomong apaan sih, yang gue denger  Cuma,

“Mi... kes wushh... wushh.. #$@@###.... ???”

Ya ketika itu angin di area buper cukup kencang sekali, sehingga ketika Adi memanggil gue, yang kedengaran Cuma

“Wuushhh..... wuuusshhh.... #$$%###@ ???”

Karena gue gak mau keliatan kaya orang bodoh,ngomong sama orang yang cukup jauh dengan situasi angin yang kencang, gue langsung menghampiri Adi ke Tribun.

“Ada apa lo manggil-manggil gue ?”

Adi yang sedang menyiapkan tiang-tiang tenda pleton menjawabnya “Ini boy kita udah siap nih diriin tenda pleton, panggilin yang lainnya Mi.”

Dan karena gue gak mau bolak-balik manggilin mereka, atau gue teriak-teriak terus suara gue kalah dengan angin, gue SMS mereka aja suruh cepat ke tribun buat diriin tenda pleton, dan tak butuh waktu lama mereka semua langsung menghampiri kita di tribun.



Dan setelah mereka kumpul, Adi memberikan bagian tugas untuk mendirikan tenda plenton, Genta, Agis, Yanto, dan Nendra, bertugas sebagai penahan tiang pleton, Gue, Adi, Evan, Eki, dan Ahmad, bertugas menarik tali tenda dan menyimpulnya, lalu Budi dan Imam, yang bertugas bagian memalu patok tenda.

Setelah kita yang berada diluar menerima kode dari mereka berempat yang berada di dalam bagian memegang tiang telah siap, baru kita bertujuh yang berada di luar langsung segera saling tarik menarik tenda pleton dari kedua sisi berlawanan, lalu Budi dan Imam langsung segera memalu patok-patok yang telah kita simpul.

Dan yang terjadi, baru tiga patok yang berhasil kita palu, orang-orang yang berada di dalam tenda sudah tidak kuat lagi menahan guncangan tiang dan tanda pleton yang terus-terusan diterpa angin, dan tenda pleton yang baru saja hampir berdiri langsung ambruk seketika, mereka yang berada di dalam pun terperangkap tenda pleton, tapi untungnya mereka berdua tidak ketindihan tiang-tiang kerangka tenda.

Ya mengingat kejadian yang cukup berbahaya juga, gue menyuruh Evan untuk memutuskan menghentikan dulu mendirikan tenda pleton, dan menunggu kondisi angin di area buper normal kembali. Sambil menunggu kondisi angin normal kembali, kita melanjutkan tugus-tugas kita masing-masing. Evan dan Adi pun ikut bergabung ke tim sepur 2 untuk membuat pagar pembatas.

Hari sudah semakin sore memasuki pukul 5 sore, dan angin masih terasa kencang di area Buper, Tim sepur dua yang sudah menyelesaikan tugasnya, mereka sholat ashar secara bergantian dengan kita yang masih menyelesaikan denah kavling sangga.

Selesai sholat angin berlahan-lahan mulai kembali normal, dan karena hari udah menjelang malam, kita pun memaksakan untuk kembali mendirikan tenda pleton sebelum suasana gelap. Di lapangan kita menyusun strategi awal lagi, tiang-tiang kerangka tenda pleton kita rangkai kembali, dan setelah semua persiapan selesai baru lah kita mengisi di posisi kita masing-masing.

Setelah menerima kode dari yang di dalam tenda telah siap, kita yang berada di luar langsung segara menarik tali-tali tenda dari kedua sisi yang berlawanan, saat tenda mulai membuka dan berdiri, guncangan angin yang masuk ke dalam tenda semakin terasa, mereka yang berada dibagian dalam menahan tiang tenda, mulai tak kuat menahan guncangan angin,

“Woy cepet woy... tarik talinnya.... langsung simpul...“

“Buset angin kencengan banget ini... cepet woy gak kuat ini nahannya.”

Kita-kita yang berada di luar pun terus berkerja keras untuk mengalahkan angin dan dapat menyimpul tali-tali tenda ini.

“ Tahan boy, tahan terus.....”

“Bentar lagi kelar,tahan... tahan....”

Gue yang sedang berusaha menyimpul tali penda bagian pojok, berteriak ke Budi yang sebagai pemalu patok, “Bud... Palu Bud, Palu..., cepet sebelum simpulnya lepas lagi.”

Budi yang berada di ujung sembrang langsung berlari ke arah gue, dan segera memalu patok yang sudah gue simpul. Dengan dirasupi arwah Thor, Budi memalu patok dengan semangat,

“Awas Kak, awas minggir, YEAHHH.....”

Ketika itu kita yang berada diluar harus ekstra lebih keras dan lebih cepat lagi, menyimpul dan mematok tenda, sebelum angin datang merubuhkan semuanya. Budi dan Imam yang sebagai pemalu patok pun, mereka harus berlari kesana dan kesini untuk mematok patok yang telah di simpul.

Setelah bagian pojok-pojok tenda sudah disimpul dan dipatok, barulah dua orang yang di dalam tenda keluar untuk mengencangkan simpul-simpul lainnya. Dan membantu Budi dan Imam untuk mematok patok yang telah disimpul. Dan akhirnya selama 30 menit kerja keras kita pun berbuah manis, tenda pleton yang berukuran besar berhasil kita dirikan dengan kokoh.

Waktu sudah hampir gelap, bentar lagi memasuki waktu adzan magrib, sebagian dari kita beristirahat sejenak, sedangkan Adi yang dibantu dengan Nendra memasang lampu neon di tribun, sebagai penerangan kita untuk berkerja di malam hari.


Selesai sholat magrib, Evan memberikan komando untuk kembali mendirikan 2 tenda pleton yang tersisa berukuran sedang. Dengan semangat 45 Tim sepur, langsung segera mendirikannya. Dan tidak harus berkerja ekstra keras lagi, karena menjelang malam angin yang berhembus kembali normal. Dan 2 tenda pleton berhasil kita dirikan tanpa kesulitan dalam waktu 45 menit.   

Bersambung...

14 komentar:

  1. wow ceritanya udah nyampe 57 episode, ini beneran mau ngalahin tukang bubur? haha :-d
    si Adi ini emang ajaib nya kenapa juga teriak-teriak dibanding ngesms, apa dia gak bawa hp? lah kamu juga sama sih, kenapa nyamperin dibanding ngesms :-)
    btw, buper ini apa sih? terus ini camping buat pramukaan gitu? gue samasa SMA gak pernah camping :-d

    BalasHapus
  2. Gue jadi kangen pramuka Setelah baca tulisan ini.

    By the way, gue nggak nyimak seri ini dari awal. Saran gue, coba di tiap episodenya dikasih subtema. Biar ceritanya fokus. IMHO loh ya.... =)

    BalasHapus
  3. Gue jadi kangen pramuka Setelah baca tulisan ini.

    By the way, gue nggak nyimak seri ini dari awal. Saran gue, coba di tiap episodenya dikasih subtema. Biar ceritanya fokus. IMHO loh ya.... =)

    BalasHapus
  4. Sangga apa ya maksudnya gan. saya penasaran

    BalasHapus
  5. Kayak anak anak pramuka, :D
    yupz, ternyata kerja sama itu sangat sangat di butuhin yah apalagi dalam keadaan kyak gitu, intinya ceritanya keren, mengingt kembali, bhwa kerja sama itu sangat berguna apa lagi pada sebuah tim, :)

    BalasHapus
  6. Wah, emang bener-bener belajar dari pengalaman lu ya, tahun lalu kalau kagak salah lu sama tim kalang kabut, walaupun salah satu alasannya karena ada perkemahan duluan kan yak :3. Tahun ini kayaknya lancar-lancar aja ya sejauh ini, cuma angin kencang yang menjadi kendala. Tapi, kayaknya palu kalian itu warisan Dewa Asgard dah, jadinya bisa cepet malunya :P

    BalasHapus
  7. Akhirnya sampai juga di lapangan buat campingnya. sepertinya akan berlanjut seru, ni. Meskipun harus melalui anak-anak yg ngitungnya gak beres. Diajak ngobrol lupa mulu.

    Tapi, kerjasama team di cerita ini, pekat banget. Seru aja, bacanya. Jadi terkesan gue lagi ikutan narik2 tali cinta.haha.

    Emangnya, dalam kondisi angin kenceng, bakalan sesulit itu masang tenda, ya. Wahh, perjuangan yg luar binasa.

    BalasHapus
  8. Naik di dalam gerobak truck, kenangan yang sangat menyenangkan.
    aku jugak pernah gitu, btw lo dari kontingen manasih kok kyaknya aktif kali pramuka dan camping

    BalasHapus
  9. Bingung juga kalo gak ngikutin episodenya sebelumnya, ditambah lagi gue gak pernah ikutan pramuka, jadi gak ngerti sama istilah-istilah yang lo gunakan. Baca cerita lo keknya seru gitu kerja sama antar team. Dengan menyatukan pikiran dan kekuatan untuk tujuan yang sama, jadi bise mencapai tujuannya.

    Gue turut bersimpati dengan keadaan Agis yang suka lupa. Semoga dia bisa mudah mengingat. :D

    BalasHapus
  10. Tulisan ini kayak petualangan pramuka.
    Jadi inget waktu jaman pramuka dulu.
    dan jadi inget tulisan adekku tentang kegiatan pramukanya yang kayak gini ini.

    BalasHapus
  11. Wew wew wew.

    Pertama denger bukan tulisan tangan sih, ya, pas baca pengumuman award yang lo menangin itu. Tapi baru ini baca ceritanya langsung, :P wkwk... udah nyampe episode segini aja.

    Ceritanya seru, sih. Menarik. Tapi sayang, aku awal-awalnya enggak ngerti ceritanya dan enggak kenal tokoh-tokohnya. Meskipun pengalaman penulis yang dituangkan di sini membuka wawasanku soal pramuka, ternyata seru banget. Pengen suatu bisa camping kek gini....

    BalasHapus
  12. Lama lama gue heran sama lo. Perasaan idup lo kalo nggak kemah, pramuka, jurit malam, ngukur lapangan ya naik gunung. Sekali kali nyritain pas leyeh leyeh di kamar gitu kek..hehehehe...kan kayak gini bikin pingin. Baru kemah sekali nih..

    BalasHapus