Episode : Last Mission

Awal-awal kelas XII gue mulai disibukan dengan berbagai kagiatan ekskul, ya sebelum gue meletakan jabatan ke angkatan selanjutnya. Gue harus melaksanakan dan menyelesaikan beberapa kegiatan terakhir di dalam program kerja kepengurusan gue, 2 agenda kegiatan ini adalah kegiatan yang sangat penting dan yang paling utama bagi kelanjutan tiga ekskul wajib di sekolah ini, yaitu acara pengenalan ekskul, MO3P (sejenis ospek), dan pelantikan TTCT (Tamu Tegak Calon Tegak), suatu kegiatan rutin tahunan camping bersama.

Setelah MO3P (Masa orentasi Pramuka ,PMR, dan Paskibra), yang di selenggarakan selama 3 minggu, yaitu sebuah acara rutin tahunan di sekolah, bagi siswa baru untuk memilih ekskul wajibnya. Dan selama 3 minggu itu mereka diberi pengenalan tentang ekskul yang mereka pilih.

3 minggu setelah MO3P, kita para panitia bersiap-siap untuk melaksanakan acara camping tahunan bersama, acara ini adalah rangkaian acara terakhir bagi pengenalan ekskul kepada siswa baru, sekaligus menjadi acara puncak, yang nantinya mereka semua akan dilantik sesuai dengan ekskul yang mereka pilih.

Selama 3 minggu itu, kita para panitia sibuk untuk mempersiapkannya, dan tak jarang juga kita sering pulang sampe magrib, demi menyiapkan segala sesuatunya agar pada saat pelaksanaan acara nanti, bisa berjalan dengan lancar dan sesuai rencana.

Camping ini adalah untuk yang ketiga kalinya bagi gue, selama gue sekolah di sini. Ya tiap tahun gue selalu ikut camping tahunan ini, mulai dari gue kelas X jadi peserta, lalu gue kelas XI jadi panitia seksi acara, dan sekarang gue kelas XII, gue ikut kembali menjabat sebagai penanggung jawab TTCT atau camping tahunan.

Camping yang ketiga kali ini adalah camping yang terakhir bagi gue selama sekolah di sini, dan oleh karena itu untuk yang terakhir kalinya, gue mau menutup acara camping terakhir ini dengan sebuah kenangan manis, yang bisa gue kenang dikemudian hari.

Mengingat dari pengalaman gue waktu tahun kemarin jadi panitia, pada saat H-1 menjelang pelaksanaan masih banyak kekurangan dan kendala. Gue dan Evan seminggu sebelum pelaksanaan, mendadak merencanakan untuk membentuk panitia khusus/panitia teknisi. Yang gue beri nama Tim SEPUR (Tim Sebelas Pasukan Tempur).

Ya tim sepur ini terdiri dari 11 orang panitia, yang akan tempur habis-habisan pada saat H-1 di lokasi Buper, untuk mempersiapkan segala sesuatunya demi kelancaran acara. Dan kesebelas orang ini adalah : Gue, Evan, Eki, Genta, Agis (Pramuka), Adi, Budi, Imam (PMR), dan Nendra, Ahmad, Yanto (Paskibra). Lalu untuk tim sepur ini gue pilih Evan sebagai lokomotifnya (ketua), yang akan menggerakan seluruh gerbong-gerbongnya (kita), untuk menjalankan tugas.

Gue memilih Evan sebagai ketua tim sepur, karena gue lihat Evan mempunyai jiwa kepemimpinan yang tinggi, orang yang selalu semangat dan ambisius terhadap rencana yang telah kita buat, dan mengerjakannya dengan sungguh-sungguh agar rencana itu bisa terwujud, serta masukan-masukan yang dia berikan, membuat kita lebih semangat lagi.

 Dan Evan adalah inspirasi gue sebagai ketua Pramuka, untuk lebih semangat lagi dan bertanggung jawab terhadap jabatan yang gue pegang. Oleh karena itu gue mempercayai dia sebagai ketua lokomotif Tim SEPUR, sekaligus sebagai bentuk apresiasi gue terhadap Evan. 

***

Kamis pagi sehari sebelum acara camping bersama, kita tim sepur berangkat duluan menuju Buper. Yang membuat gue akan dispen selama 3 hari dari sekolah, dan pada saat gue dispen itu, tepat di hari jum’at, kelas gue akan ada ulangan Akuntansi.

Dan sebelumnya, guru Akuntansi pernah bilang ke kita, jika pada saat ulangan Akuntansi, ada anak yang gak berangkat, dan apapun alasannya, ulangan Akuntansi akan batal dan gak ada yang namanya ulangan, nilai kita pun akan diambil dari tugas-tugas doang.

Mengingat guru Akuntansi kita ini yang termasuk guru killer, kita semua anak-anak kelas udah sepakat dan diwanti-wanti oleh KM dan seksi Akuntansi, kalau ada ulangan Akuntansi kita semua harus full team, gak ada lagi yang namanya bolos-bolosan pake alasan karena terlambat, dan jika sakit juga, kita diharuskan datang dulu untuk ikut ulangan, gak peduli mau sakitnya apa, mau berangkat pake kursi roda, lagi sakit di ruang ICU terus dipaksa berangkat pake impusan dan tabung oksigen, atau sakit patah hati karena mantan masuk ruang ICU juga, pokoknya kita harus berangkat.

Dan kalau ada yang gak berangkat ketika ulangan Akuntansi, hukumannnya adalah selama satu minggu dia bakalan piket sendirian bersihan kelas, dan harus mau disuruh-suruh sama anak-anak kelas buat beliin makanan ke kantin, mijetin, atau nyebokin. (Kampret ini mah sama aja kaya pembantu TKW yang disiksa,tapi bedanya ini gak sampe disetrika)

Ya kesepakatan yang sangat kejam dan mengerikan, tapi ketika itu gue terpaksa melanggar kesempatan itu, gue tetep memilih dispen selama 3 hari dan gak ikut ulangan Akuntansi, sebenernya gue juga ogah banget dapet hukuman sesadis itu, gue juga pengen ikut ulangan Akuntansi.

Siswa kelas 12 juga sebenernya udah dilarang untuk dispen-dispen karena ekskul, dan guru-guru  yang mengajar juga, gak akan memberikan ijin kepada anak tersebut. Tapi mau gimana lagi, maafkan gue teman-teman, karena gue kalian gagal ulangan Akuntansi. Apa boleh buat, gue sekarang dapet tugas negara, dan kini dunia membutuhkan gue untuk melawan monster jahat (halah apasih).

Kamis pagi gue berangkat ke sekolah lebih awal dari biasanya, jam 6 pagi gue udah ada di sekolah, dengan membawa tas berisi perlengkapan untuk  camping selama 4 hari. Datang ke sekolah gue sengaja gak masuk ke kelas dulu, karena gue takut gak diijinin sama-sama anak-anak kelas, kalau gue dispen selama 3 hari, lalu gue diiket dan disekap secara tidak wajar di dalam kelas, sampe ulangan Akuntansi berakhir.

Gue memilih bersembunyi di sanggar pramuka bersama 2 sahabat gue, Eki dan Evan, yang bernasib sama, kabur secara diam-diam dari kelas tanpa pengetahuan anak-anak kelas dan guru pengajar. Ketika itu jam pertama di kelas Evan adalah pelajaran Akuntansi, dan jam pertama di kelas Eki adalah Kimia, dan mengingat kedua guru ini termasuk guru killer, dan bakalan sulit juga dapet dispen di mata pelajarannya. Gue menyuruh mereka berdua berangkat pagi-pagi dan langsung menuju sanggar pramuka.

 Dan kini kita bertiga dengan tampang muka sangar dan menyeramkan, udah kaya komplotan imigran gelap yang ingin menyelundupkan barang-barang ilegal.  Ketika kita bertiga lagi bersembunyi dari kejaran paran mantan, Eki menanyakan ke gue, “Mi surat dispen kita bertiga gimana ? tar takutnya kita gak boleh keluar sekolah lagi.”

Gue membalasnya dengan enteng “Udah santai aja ki, udah gue atur semuanya. Tenang aja ditangan gue semuanya beres.”

Untuk surat dispen kita berempat : Gue, Eki, Evan, dan Adi. Gue udah menyuruh bagian panitia humas untuk memberikan surat dispen kita langsung ke guru piket, bukan ke kelas kita masing-masing, agar bisa keluar dengan mudah dari sekolah. Kalau surat dispen kita di kasihin ke kelas, lalu diterima sama guru pengajarnya, bisa-bisa kita bakalan dipanggil untuk diinterogasi dan dinasehati dulu, dan kemungkinan besar juga bakalan sulit lagi untuk keluar dari kelas.

Di situasi yang genting kaya begini, karena takut ketangguan pacar kalau kita selingkuh guru pengajar kalau kita kabur, Evan menanyakan ke gue

“Mi kenapa sih kita harus umpetan segala di dalam sanggar, udah kaya buronan aja nih kita.”

Eki ikutan mananggapi “Iya Mi, mana pengap lagi, banyak barang-barang. Duduk aja desak-desakan kaya gini, udah kaya diangkot aja nih.”

Gue bilang ke mereka “Udah gak usah ribut, tahan sedikit. Tunggu sampe bel masuk, tar baru kita keluar.”

Ketika itu strategi gue untuk bisa lolos dispen, kita bersembunyi di dalam sanggar sampe menunggu bel masuk berbunyi, dan para siswa lainnya masuk semua ke dalam kelas. Lalu ketika bel masuk berbunyi, barulah kita bertiga siap-siap keluar dari tempat persembunyian. Dan kini kita udah kaya mafia yang jadi buronan.

Padahal kelas kita bertiga itu di lantai dua, dan sanggar pramuka di lantai bawah, sebenernya sih tanpa bersembunyi di dalam sanggar, keberadaan kita gak bakalan ke monitor oleh anak-anak kelas dan guru pengajar, tapi ketika itu gue lebih memilih untuk bermain aman.

Saat itu kita bertiga bersembunyi di dalam sanggar yang berukuran 2,5 m x 5 m, dengan secara tersiksa dan memperhantinkan. Ya sanggar pramuka kita ini tempatnya sangat kecil, udah kecil banyak lemari-lemari besar lagi, udah gitu dipenuhi dengan barang-barang perlengkapan camping.

Untuk duduk aja kita harus nekuk-nekuk sampe nyempil-nyempil kaya upil yang terselip bersama ingus di lubang hidung. Ketika itu Evan dan Eki duduk ditumpukan tongkat-tongkat, walaupun mereka berdua bisa duduk, tapi mereka berdua gak bisa duduk dengan nyaman, pantat mereka hanya bisa duduk 1/4nya di tumpukan tongkat (bisa dibilang pantat mereka Cuma nempel doang di tongkat), belum lagi lutut mereka harus tertekuk karena lemari yang di depannya.

Sedangkan gue duduk dilantai sambil bersandar ke tumpukan tenda-tenda, dengan posisi setengah tidur, tapi walaupun gue bisa bersandar di tenda, badan gue ngepas banget gak bisa bergerak, karena kanan kiri gue itu lemari dan tumpukan tenda pleton, belum lagi gue harus memangku tas gue dan tas mereka berdua yang ditaruh diantara selakangan kaki gue, dan alhasil posisi gue udah kaya orang yang mau disunat, dengan setengah tidur dan kaki mengangkak.

Dan tak berapa lama, akhirnya bel masuk berbunyi, kesengsaraan kita di sanggar bentar lagi akan berakhir, dengan posisi orang yang mau di sunat, gue menyuruh eki untuk segera menyunat gue dengan golok  mengambil tas yang berada di selakangan gue.

Lalu gue langsung mengecek keadaan di luar, dengan membuka pintu lalu mengintip keadaan sekitar, gue sekarang udah kaya buronan polisi, yang ingin mencoba kabur dari kejaran para mantan polisi, dan setelah terlihat aman, barulah gue memberikan intruksi kepada mereka berdua untuk keluar dari sanggar.

Dan akhirnya kita bertiga kini bisa menghirup udara segar lagi, setelah tersiksa di dalam sanggar. Tak berapa lama kita bertiga keluar dari sanggar, anggota tim sepur yang lainnya langsung datang dan berkumpul di depan sanggar, ya mereka semua masih kelas 11, jadi  masih bebas mendapatkan jatah dispen kapan pun, dan tidak harus mengalami kaya kita yang harus umpet-umpetan begini.

Setelah tim sepur lengkap kecuali Adi yang belum datang karena ada tugas prestasi dulu di kelasnya, barulah kita semua beraksi, mengeluarkan barang perlengkapan camping dari sanggar lalu menyelundupkannya keluar, dan memasukannya ke mobil truk yang sudah terparkir di luar.

Agar pergerakan kita tidak menjadi pusat perhatian siswa lain yang sedang belajar dan menimbul kecurigaan, kita berjalan di koridor kelas dan membawa barang perlengkapan dengan cara berhat-hati. Dan kini gerak-gerik kita udah beneran kaya komplotan mafia buronan polisi, dengan di otaki Evan sebagai bos mafianya.

Setelah barang sudah terangkut semua ke dalam mobil truk, tak berapa lama Adi keluar dari kelasnya menghampiri kita yang berada di parkiran. Adi bisa lolos dispen dengan mudah, karena dia sekarang pelajaran bahasa indonesia, dan gurunya adalah Pembina dia di PMR. Maka dari itu dia ikut presetasi dulu di kelas, karena pasti bakalan dapet dispen dengan mudah.

Dan setelah semua anggota tim sepur lengkap, jam 8 pagi barulah kita berangkat kabur meninggalkan sekolah menuju medan perang di area Buper. Dengan menaiki mobil truk, agar kita tidak kelihatan seperti kelompok anak SMA yang bolos sekolah karena mau tawuran atau nonton konser, di atas mobil truk kita semua langsung mencopot seragam sekolah kita, agar indentitas kita tidak keliatan. 

Bersambung...

21 komentar:

  1. woh panjang amat bro.. berapa lama bikinnya ini?

    hohoho serasa jadi buronan gitu... hahahaha gue juga pernah yang kaya begituan....

    BalasHapus
    Balasan
    1. sehari bro bikinnya.

      wah kita-kita sama-sama buronan nih. :D

      Hapus
  2. Camping.
    gimana rasanya gan, ane nggak pernah tuh. Cuma nginep di tempat temen aja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. enak, asik, seru. ah masa sih, camping belum pernah ? gue aja camping udah berpuluh-puluh kali. hehehe

      Hapus
    2. nggak pernah gan
      adanya cuma berkebun, tinggal ngawasin buah dari pagi sampe sore.

      Hapus
  3. Mantab dah strateginya, boleh dicoba nih... tp memang kalo berhadapan guru killer itu sulit, makanya kalo ada guru yg killer mending kita angkat bendera putih dah... mau ngelawan juga ga enak, kan dia yg ngasih nilai...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha boloh-boleh aja ikutin strategi gue, tapi hati-hati juga liat sikon dulu kaya gimana. hehehe

      iya sih ngelawan guru itu gak baik, sama aja kaya kita ngelawan orang tua kita, dari pada durhaka lebih baik angkat bendera merah putih terus langsung hormat. :D

      Hapus
  4. Camping, ya. Seru gitu campingnya mi. Gue pernah camping juga, tapi dulu bgt. Itupun cuman malem aja. Gak sampe pagi. Soalnya campingnya gak jauh dari rumah. Makanya, saat semua orang tidur. gue pulang. hahaha.

    Kek buronan aja, menghidup udara segar. Sampe segitunyakan kalo di sanggar. Terus, dispensernya gimana? itu dispen atau apa sih?

    Gue masih belum nemu jawabn lu, soal rubrik lu ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya pengeran, sebagain kisah sekolah gue selalu dihiasi oleh camping. hehehe
      wah enak banget tuh kalau campingnya deket rumah, kalau ada apa-apa tinggal balik aja ke rumah.

      dispen pangeran tapi caranya dengan diam-diam kaya kabur gitu, tapi kita beneran dispen kok, ada surat dispenya resmi, di tanda tangani sama kepala sekolannya lagi.

      wah pangera ketinggalan jaman nih, minggu kemaren gue udah menungkap misteri bukan tulisan tangan gue kok, cek ada di blog kategori award pangeran, tar ada judul mengungkap misteri bukan tulisan tangan :)

      Hapus
  5. Kamu masih SMa ya??
    Tahun terakhir ikut camping pasti bakalan tak terlupakan. Apalagi skg dah jadi senior heehhe
    Km hrs minta maaf gara2 km temenmu ga jadi ulangan Akuntansi hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. udah lulus setahun yang lalu mba, ini hanya cerita gue sebagai mengenang masa-masa sekolah gue aja. hehehe

      ya bener banget mba, camping terakhir di tahun terakhir itu paling mengesankan banget.
      tenang kok mba, untungnya khusus hari itu ulangan akuntansi tetep dilanjutkan, mengingat gue surat dispennya langsung di tanda tangani oleh kepala sekolah, jadi dijinkan dan ulangan tetepa dilanjutkan.

      ya walaupun gue jadinya ikut ulangan susulan dan dimarahi dulu sebelum ulangan, tapi gak papa kok, guru akuntansinya juga mewarkan dispen gue, hehehe

      Hapus
  6. Ceritanya menarik sekali, mesti ngumpet, nggak boleh sampai ketahuan, boleh juga nih strateginya, ngumpet di sanggar biar nggak ketahuan. Semakin ke bawah semakin menengangkan, kalo kelas tiga nggak boleh dispen, mungkin karena udah mendekati UN, jadinya dispen itu dilarang atau gurunya killer.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha kalau mau ngikutin strateginya hati-hatinya, tar kaau ada apa-apa gue gak tanggung jawab loh. hehehe.

      iya kelas 12 gak boleh dispen itu gara-gara itu. mau UN.

      makasih gan udah baca cerita gue. :)

      Hapus
  7. cerita loe sama sperti gue dlu, kelas 3 masih sering ikut kegiatan, padahal udah di larang sama guru2.. tapi kalo ngak ikut bakal menyesal..
    btw di sekolah loe enak yaa PMR nya wajib, d sekolah gue dlu kekurangan anggota, apalagi anggota yang cowok.. maklum gue dlu jadi ketuanya :D hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya berarti gue dan lo, adalah jiwa-jiwa aktivis bro. sebagai jiwa aktivis kalau gak ikutan bakalan ada perasaan menyesal.

      iya di sekolah gue, ada tiga ekskul yang diwajibin oleh anak kelas x yaitu pramuka,pmr,dan paskibra. karena disekolah gue 3 ekskul inilah yang menjadi awal terbentuknya ekskul-ekskul lain. makanya diwajibkan.

      wah lo ketua PMR, salam. :)

      Hapus
  8. Waduh, jadi ngebayangin nih gue gimana killernya guru Akutansi lu, ampe yang ICU aja harus ikut ulangan, sadis amat, dan jadi penasaran juga, apa yang dilakuin temen-temen lu ketika tau lu 'kabur' dari sekolah dan akhirnya mereka semua gagal ulangan Akuntasi.

    Seru tuh kayaknya kayak mafia gitu, datang cepet-cepet terus harus sembunyi sampai bel masuk, terus pas ngangkut barang juga sembunyi-sembunyi, gue yakin dag dig dug itu jantung :P. Oh iya, emang sih kelas XII itu di tempatku juga susah dapat dispen, biar fokus UN kan? Hahaha, tapi untuk tugas negara ya harus gimana lagi :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. temen-temen gue sempet gelisah juga ketika gue jadi dispen selama 3 hari, tapi untungnya ketika ulangan akuntansi, gurunya tetep ngadain ulangan tanpa gue, karena dia udah tau juga kalau gue bakalan dispen, dan surat dispennya di tanda tangani langsung sama kepala sekolah.

      iya tuh untungnya gue, dispen tugas negara makanya gue bisa lolos dispen selam 3 hari. hehehe

      Hapus
  9. Lu kayak buronan aja mi, make ada kata-kata 'menghirup udara segar segala lagi.' haha :D

    Strategi lu boleh juga tuh. Keren banget kayaknya :D

    Terakhir gue camping kapan ya? Oh iya, kelas X. Waktu itu gue camping 3 hari buat PCP(Pelantikan Calon Penegak) di Cibubur. Disitu angker banget sumpah. Temen-temen gue banyak yang kesurupan @-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha iya ri buronan para mantan yang hatinya telah gue sakiti. :D

      kalau gue campingnya namanya TTCT (tamu tegak calon tegak) maskudnya dan tujuannya sih sama aja kaya camping pelantika lo PCP. wah cibubur, gue belum pernah tuh, padahal gue pengen banget rasain camping disitu.

      Hapus
  10. gue yakin si evan bisa memimpin lokomotif. soalnya mungkin dia mukannya kayak masinis.
    gue nggak pernah tuh camping2 gitu soalnya dulu gue agak badeg di sekolah. yang lain ikutan gue mah kagak.

    semacam bolos gituh hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha tau aja nih bang tofik muka evan emang rada mirip sama masinis apa lagi kumisnya itu jadi tambah mirip aja, udah pernah ketemu dia ya bang.

      wah bang topik gak gaul nih. :D

      Hapus