Episode : Bunga

Entah kenapa setelah event menanam pohon itu, dipikirin gue selalu ada bayang-bayang tentang Fibri. Bayangan dia sekarang udah mendokrin pikiran gue, entah gue lagi fokus belajar, mau tidur, ngelamun, sampe gue ngeden boker di WC pun, bayangan dia salalu ada di pikiran gue.

 kegiatan malam minggu gue juga ketika itu bertambah, gue bukan hanya main PES di laptop atau nontonin film aja, gue juga stalking (emang dasarnya jomblo, kaya ginilah kerjaannya kalau malam minggu, selain galau dibawah shower). Ya gue sering sekali stalkingin akun sosmed dia di twitter dan facebook, cari tau dia masih sigle atau sudah janda punya pacar. Dan akhirnya gue tau kalau dia belum punya pacar itu dari Adi.

Malam minggu gue dihiasi dengan stalkingin akun sosmed dia, ngeliatin updatetan status demi statusnya. Ya gue hanya ngeliatin doang, gak komen sama sekali, jangankan komen sekedar retweet aja gue gak berani (Jomblo cemen macam apa gue ini). Tapi ketika itu gue berani ngefollow twitter dan ngeadd facebooknya, dan ketika gue follow twitternya, 3 hari kemudian dia follback twitter gue. Padahal gue gak minta follback sama sekali, dan itu rasanya seneng banget. Sama aja rasanya kaya lo dicium sama cewe, padahal lo gak minta dia buat nyium lo.

Di sekolah juga setelah gue ngefollow akun dia lalu gue difollback, ketika kita berdua bertemu dengan secara gak sengaja, yang gue perhatiin entah kenapa setiap kali kita berdua berpapasan, dia selalu menundukan kepalanya ke gue, dia terlihat seperti malu-malu ketemu dengan gue. Atau dia malah takut ya, ngeliat muka gue yang kaya jelmaan Alien gagal operasi plastik ini.

Tanda-tanda ini yang membuat gue ambigu, apa iya dia juga suka sama gue. Kata temen-temen gue, kalau ada cewe adik kelas yang suka sama cowo kakak kelasnya, pasti dia ketika berpapasan atau bertemu, kepalanya bakalan nunduk kebawah dan terkadang juga sekali-kali dia ngeliatin kakak kelasnya untuk mencuri-curi pandangannya.

Ya Fibri sering sekali begitu ke gue ketika berpapasan dan bertemu, ketika gue di UKS lagi ngumpul sama anak-anak buat bahas MO3P dan TTCT atau sekedar nongkrong doang, kepala Fibri selalu menunduk dan terkadang juga dia curi-curi pandangan gue.

Tapi entah kenapa dengan gue, ketika itu gue sama sekali gak berani buat deketin dia. Padahal sahabat-sahabat gue udah dukung gue buat deketin dia, dan kata mereka juga tingkah Fibri ketika bertemu dan berpapasan dengan gue, sepertinya dia juga punya rasa suka ke gue. Ya hati gue juga ketika itu bilang begitu, gue rasa Fibri juga memendam rasa benci ke gue.

Tapi lagi-lagi tekad gue dikalahkan oleh mental gue, gue gak berani untuk mendekati dia. Dan ketika malam minggu, gue melakukan rutinitas gue sebagai jomblo seperti biasanya, main PES di laptop, lalu nonton film, ketika itu gue menonton film radio galau FM, cerita film radio galau FM ini hampir sama kaya kisah cinta gue, seorang adik kelas cewe bernama Velin suka dengan kakak kelasnya bernama Barra, tapi sayang alur ceritanya gak sama seperti gue.

Di film ini, si Velin berani memulai untuk deketin Barra, dan akhirnya mereka bisa jadian. Setelah gue menonton film ini, gue berharap Fibri bisa seperti Velin, dia memulai untuk deketin gue. Tapi itu gak mungkin terjadi bagi gue, Fibri mana berani deketin gue duluan, yang ada seharusnya gue deketin dia duluan. Tapi entah kenapa lagi-lagi mental gue gak sanggup untuk melakukan itu.

Dan setelah gue menonton film, gue buka twitter dan stalkingin updatetan status dia, sambil mendengarkan MP3 dari laptop, gue play lagu Bondan Prakosos & feat 2 Black- Bunga.  kondisi posisi gue sama persis seperti di lagu bunga ini. Ya nyali gue menciut, hati dan mulut gue sulit sekali untuk berkata-kata dan mengungkapkan parasaan, gue hanya bisa sebatas mengaguminya saja.

Selama 3 bulan hingga naik ke kelas 12, gue masih tetap aja gak berani untuk mendekati dia, gue hanya bisa berharap dan berangan-angan serta mengaguminya dari kejauhan. Hingga pada akhirnya Ekskul 3P (Pramuka,PMR,dan Paskibra) membentuk kepanitian gabungan untuk acara MO3P dan TTCT, yang membuat gue dan Fibri sering sekali bertemu untuk mengadakan rapat.

Dan ketika itu gue menjabat sebagai Penanggung Jawab kegiatan, yang membuat gue sering sekali berkordinasi dan berkonsultasi dangan antar bidang seksi. Tapi entah kenapa setiap kali gue berkordinasi dengan bidang sekretaris yang kebetulan Fibri juga menjabat di bidang ini, ketika gue kumpul dengan mereka menanyakan persiapannya dan berkonsultasi. Gue keliatan kaku ketika mengobrol dangan mereka, dan gue juga lihat gerak-gerik dari Fibri, dia lebih banyak menundukan kepalanya dan keliatan malu-malu dengan gue.

Ketika itu gue menanyakan ke Fahri yang menjabat menjadi ketua kordinator bidang seketaris “Ri, yang bagian nulis Proposal TTCT siapa ?”

“Fibri Mi.” Jawab Fahri sambil menunjuk Fibri yang duduk di depannya.

Ketika itu gue agak ragu-ragu untuk menanyakan langsung ke Fibri, tapi gue gak boleh mengaitkan perasaan gue ini kedalam kepanitiaan, gue harus berani menanyakan langsung tentang proposal ke Fibri. Perlahan gue memanggil nama dia,

“Fib...”

Muka Fibri beranjak dari tundukannya, lalu menyautnya dan memandangi gue “Iya kak !”

Ketika itu kita berdua saling bertatapan, dan Ini adalah baru pertama kalinya gue, mengobrol langsung dengan dia,  perasaan gue masih kaku, tapi gue harus melanjutkan omongan gue. dan gue bilang, “Gimana proposal TTCTnya ?”

Fibri agak lama menjawabnya, nampaknya dia agak takut untuk menjawabnya “Hmm... belum selesai kak, baru tentang pendahuluan, soalnya belum kordinasi sama Kak Eki.”

Gue bilang ke Fibri “Oh gitu, kalau bisa secepatnya ya kordinasi sama Kak Eki, soalnya proposal minimal 1 bulan sebelumnya harus udah diajuin.”

Fibri menjawab dengan nada pelan “Iya Kak.” Dan kembali lagi menundukan kepalanya.

Tiba-tiba Fahri bilang ke gue “Ya udah Mi, biar cepet kordinasinya, sama lo aja sekalian.”

Gue agak kaget mendengarnya ketika Fahri menyuruh gue untuk berkordinasi langsung dengan Fibri, dan gue bilang “Hah ! Gue. Kan Eki yang jadi ketua TTCTnya.”

Fahri bilang lagi dan menyuruh Fibri “Iya, lo kan penanggung jawabnya, biar lebih cepet kordinasinya, jadi gak usah bolak-balik lagi nanyanya. Fib, kasih no HP lo ke Kak Fahmi.”

Fibri memberikan No HPnya ke gue, dan ketika itu gue sering sekali SMS dengan dia untuk membahas proposal, ketemuan bareng Fibri ditemeni dengan Eki, untuk berkonsultasi tentang proposal. Walaupun gue sekarang udah bisa SMSan sama Fibri, gue tetep aja gak berani untuk SMS yang lainnya, selain ngebahas tentang proposal.

Setelah kita sering SMSan dan mengobrol langsung, ngebahas proposal tentunya. Ketika bertemu kita udah gak keliatan kaku lagi, dan ketika berpapasan kita berdua juga saling bertegur sapa dan memberikan senyum. Ketika itu perasaan gue mulai berbunga-bunga, nampaknya gue baru saja memulai untuk mendekatinya.

Tapi entah kenapa ketika gue baru ingin memulainya. Ketika hari terakhir acara MO3P, setelah kumpul dengan seleluruh panitia, gue dapet kabar yang gak enak dari Eki dan Adi, kalau Fibri baru saja jadian sama Aldi. Kabar dari Eki dan Adi, membuat pondasi mental gue yang baru saja terbentuk langsung hancur seketika, cahaya terang yang baru saja bersinar di hati gue, kini perlahan-lahan mulai redup, hingga tak terilat ada cahaya lagi. Gue telat untuk memulai semua ini, kini harapan gue sudah hilang, dan harapan itu kini hanya menjadi sebuah penyesalan.

Ketika hari itu setelah kumpul dengan panitia, yang telah selesai melaksanakan acara MO3P, gue gak seperti biasanya, kali ini gue langsung pulang ke rumah gak ikut nongkrog di angkringan bareng keempat sahabat gue  yaitu : Adi,Eki,Fahri,dan Evan.

Gue lebih memilih untuk pulang duluan dan menyendiri meratapi semua kegagalan gue di kamar. Gue marah dengan diri gue sendiri, kenapa ketika itu mental gue gak berani untuk mendekati dia, dan kini setelah semuanya hilang, mental gue baru muncul.


Gue menyesal dengan semua yang gue lalui begitu aja. Dan di kamar untuk yang terakhir kalinya gue stalkingin akun twitter dia, gue lihat bionya sudah terukir nama Aldi dengan tanda love. Sambil melihat foto dan status-status dia yang untuk terakhir kalinya, gue play lagu Ipang – Ada Yang Hilang, dari laptop gue, yang menggambarkan seluruh perasaan gue ketika itu.

Bersambung...

11 komentar:

  1. Bagi dong bagi nomornya.. :-d

    Sabar ya mblo yang sabar aja kalo jodoh mah gak kemana..
    yang tenang jadi jomblonya ..

    BalasHapus
  2. Waduh bro saya turut berduka cita dah... saya juga jomblo kok bro, tenang aja... mungkin si fibri bukan jodoh kamu bro... coba liat disekeliling kita, mungkin jodoh itu ada sekeliling kita, tp kitanya aja yg ga sadar :)

    BalasHapus
  3. HAhahahaa. Lagu Ipang - Ada yang hilang. Itu pas banget buat ngegalau mi.

    Kisah cinta yang rumit, ya mi. Harusnyakan lu ngomong dan memberanikan diri. Lagian, apa susahnya, sih. Ngomong di depan dia. Kan harusnya lu ngomong aja. Biar cepet dapetnya. Eh, malah gak berani.

    Semoga, kedepannya lu bisa berani lebih dari kejadian ini. Soalnya, kalo masih gini-gini aja. Lu bakalan sering ditikung bro.

    Semangat, ya. :D

    BalasHapus
  4. penyesalan memang selalu datang terlambat, gue juga pernah tidak berani bertindak
    dan hasilnya, gue membiarkan kesempatan berlalu. Jadi kita harus berani bertindak, itu
    yang terpenting, karena keberuntungan berpihak kepada orang yang berani bertindak,
    bertindaklah! Itu namanya Aldi juga, hehe

    BalasHapus
  5. Kasihan....
    Terima aja gan nasibnya...galau-galauan itu tak baik untuk kesehatan...jadi mending langsung cari yang lain siapa tahu dapet.

    BalasHapus
  6. Haduh, Mi, lu telat nih. Emang sih, kadang untuk memulai sesuatu, apalagi deketin cewek itu mesti punya mental lebih, dan kalau sampai telat, ya jadi gini deh akhirnya, yang sabar ya :P

    Oh iya, tapi ini ada hikmahnya juga, dengan begini lu jadi tau apa yang harus lu lakuin kalau punya rasa sama cewek. Harus langsung bertindak, paling tidak kenalan, terus smsan. Kalau ternyata dia udah ngasih kode, jangan kelamaan, langsung deh, kalau ditolak, ya, nasib lu :P

    BalasHapus
  7. Makanya kalo suka itu, langsung action mi. Keburu diembat orang kan. Masalah gagal atau nggak itu urusan belakangan, yang paling penting itu usaha. Sekarang dia udh jadian ama orang lain kayak gini, lu sendiri yang nyesel kan? :D

    Jadi nasib lu sama kayak gue deh. Jomblo. :D

    BalasHapus
  8. Haduh telat nih...
    Tapi mungki belom jodoh kali ya. Siapa tau nanti kalo Fibri udah putus, kamu donk yang deketin. Bukan sebagai cowok... tetapi sebagai lelaki. Eh ciyee...

    BalasHapus
  9. duuuh.. sabar ya, udah fokus belajar aja nggk usah nginget2 si Fibri. ntr klo kamu sukses duluan daripada cowonya dia, yakin deh ada ganti yg lebih baik. setuju juga sm komentarnya Vera Astanti, bisa jd ntr kamu datangin dia sbg lelaki, bukan cowok yg cuma berani ngajak pacaran, tapi ngajak merrid, hihi

    BalasHapus
  10. Sumpah, episode Fibri itu episode yang paling bikin aku sebel, dan aku terlalu terbawa suasana dalam cerita ini. Awal-awal udah PD banget pas baca cerita lu bakal dapetin Fibri, tapi ternyata enggak. Agak kecewa sama mentalmu yang seperti itu mi :(

    Tapi ya mau gimana lagi, nasi udah menjadi tiwul. Mau dimakan juga males. Semoga kedepannya lu belajar dari kesalahan dan lebih berani buat ngungkapin perasaan lu yang sebenarnya.

    BalasHapus
  11. Wah telat tuh.. jadi aja keduluan sama Aldi. Tapi tenang saja, selama janur kuning belum nampang di halaman rumah fibri, fibri masih bisa dimiliki kok. Menurutku film recommended yang patut kamu tonton adalah marmut merah jambu nya raditya dika. Kalo suatu waktu ditakdirkan untuk memiliki kesempatan dalam mendapatkan wanita impian, jangan dilewatkan lagi ya! :)

    BalasHapus