Episode : Rumah Kosong

Seperti yang udah gue bilang dari sebelum-sebelumnya, tugas kelompok itu tugas yang paling seru dan paling mengasikan. Di kelas XI ini juga gue mengalami keseruan dengan anak-anak kelas ketika dikasih tugas kelompok apalagi itu tugasnya berkaitan dengan seni budaya.

Jumlah siswa di kelas kita ini sangat sedikit Cuma 21 siswa, dan ketika diberi tugas kelompok kelas kita hanya dibagi 2 kelompok. Tapi walaupun namanya tugas kelompok kelas kita tetep aja ngerjainnya bareng-bereng satu kelas, mulai dari diskusi, latian, buat properti dan sebagainya.

Mulai dari tugas kelompok bikin lagu sendiri serta videoklipnya, yang terpaksa kita harus buat grup musik. Ya kita membuat 2 grup musik di kelas kita yaitu : The Magneto dan The Big Bang. Lalu tugas kelompok pementasan drama, di tugas kelompok pementasan drama ini ada yang ajaib dari kita, kita di kasih tugas buat persiapan pementasan drama selama 1 bulan.

 Tapi kita selama satu bulan hanya latian pementasan sekali, sisanya kita disibukan dengan pembuatan properti. Dan pada saat pementasan kita semua menampilkan drama dengan secara improfisasi dan spotanitas, dan hasilnya pun sangat memuaskan. Dan yang terakhir adalah tugas membawakan tarian yang memiliki alur ceritanya, yang diselipi juga dengan tarian adat yang dimix dengan modern dance.

Ketika itu kita latian bersama-sama di rumahnya Putra malam-malam, kita terpaksa latian malam-malam karena besoknya adalah Pra-pementasan, mau gak mau karena kita pada saat Pra-pementasan tidak mau dinilai jelek dan kurang memuaskan, oleh karena itu kita pun mempersiapkan buat besok dengan maksimal.

Sehabis Magrib tepat jam 7 malam kita kumpul di rumahnya Putra, rumahnya putra ini sebenernya adalah rumah yang sedang dijual dan sekarang rumah ini sudah tidak berpenghuni lagi, sudah hampir 1 tahun lebih rumah sebesar ini dibiarkan kosong dan tidak ada penguninya.

Dengan situasi dan kondisi rumah yang seperti ini membuat rumah yang kita pakai untuk latian terlihat sangat angker dan menyeramkan, ya kita pun gak punya pilihan lain lagi, karena untuk latihan nari ini kita membutuhkan ruangan yang luas untuk gerak-gerik kita dan bisa menampung banyak orang,  dan hanya rumah putra ini lah yang sangat cocok untuk tempat latian kita.

Rencananya untuk latian nari ini tempatnya dibagi dua, untuk kelompok 1 di lantai atas, dan kelompok 2 di lantai bawah, biar ketika latian kita focus sama kelompoknya masing-masing dan gak banyak bercandanya. Tapi karena lantai atas terlihat aura dan suasananya yang negatif membuat semua bulu berdiri (tapi tidak termasuk bulu yang itu ya), kita pun akhirnya latian di lantai bawah semua, berkumpul di ruang tengah dan ruang tamu.

Dan seperti biasanya ketika semua anak-anak sudah pada kumpul, kita tidak begitu saja langsung latian, karena ketika yang lain belum pada datang dan ada sebagian anak yang menunggu, yang sebagian anak ini pasti melakukan aktivitas sambil menunggu yang lain datang, mulai dari bermain gitar sambil nyanyi-nyanyi, main kartu, ngobrol dan bercanda.

 Dan ketika semuanya udah pada datang, kita pun semakin seru untuk melakukan aktivitas-aktivitas tersebut, karena pada dasarnya semakin banyak teman maka semakin asik untuk melakukan aktivitas keseruan lainnya.

Setelah kita puas dengan keseruan kita, mulai dari bermain gitar sambil nyanyi-nyanyi, main kartu sambil bercanda,serta makan-makan yang membuat kita lupa dengan tujuan awal kita, dan akhirnya jam setengah 9 malam, kita semua mulai serius buat latian nari.

Semakin malam suasana di rumah ini semakin menyeramkan tapi belum ada tanda-tanda yang membuat kita ketakutan. Memasuki jam setengah 10 malam tiba-tiba dari lantai bawah terlihat 2 kamar yang di lantai atas lampunya nyala sendiri, Farhan yang melihatnya langsung memberi tahu gue dan Hakim yang berada didekatnya,

“Eh lo liat deh, lampu kamar atas kok tiba-tiba nyala sendiri ya. Padahal gak ada yang nyalain.”

Gue bilang “Lah iya sih, tiba-tiba nyala sendiri aja. Siapa yang nyalain tuh ?”

Hakim bilang menenangkan kita “Ya udah biarin aja gak usah dipikirin, yang penting dia gak ganggu kita, dan kita juga gak ganggu dia.”

Farhan merasa ketakutan dan bilang “Eh tetep aja serem kali.”

Gue kasih tau April, dia ini satu-satunya temen kita yang bisa melihat dan berinteraksi dengan makhluk astral, gue panggil dia dan bilang,

“Pril, itu lampu kamar di atas tiba-tiba nyala sendiri, gue jadi ngerasa mulai gak enak nih.”

April membalasnya dengan santai dan mudahnya bilang “Oh ya udah biarin aja, itu tandanya dia ada di sana.”

Hakim melanjutkan omongan April “Tuh kan udah gue bilangin udah gak usah dipikirin, biarin aja, gak papa.”

Farhan penasaran dan bertanya “Emang ada apa Pril di atas ?”

April menjawabnya “Ya pokoknya ada adeh, gak usah disebutin. Tar malah lo tambah ketakutan lagi, gue lihat dia baik kok, gak bakalan ganggu kita, asalkan kitanya gak ganggu dia aja.”

Dan kita berempat yang mengetahui lampu kamar atas yang tiba-tiba nyala sendiri, mengrahasiakannya dan tidak memberi tahu anak-anak yang lain, biar mereka gak ketakutan (lalu melabaikan tangan ke kamera). Kita pun kembali melanjutkan latian kita dan melupakan hal itu.
Memasuki jam 10 malam lebih 15 menit, ketika kita lagi serius-seriusnya latian tiba-tiba dari taman belakang rumah terdengar suara orang lagi menyapu, suara tersebut membuat konsetrasi kita buyar. Anak-anak cewe yang mendengarnya histeris dan bilang,

“Eh-eh bentar, kecilin dulu musiknya, kalian denger gak ada suara apaan tuh di belakang ?”

Putra bilang “Suara apaan sih, orang gak denger suara apa-apa kok ?”

Desi membalasnya “Makannya lo semua diem dulu, dengerin deh baik-baik.”

 Ketika kita semuanya diam tak bersuara dan terdengar suara
“Srek...srek.. srek..” seperti orang yang manyapu latar.

Kita-kita yang mendengarnya langsung pada merinding dan ketakutan,
“Eh beneran, serius itu suara apaan tuh ?”

Evan bertanya ke Putra “Put, di sini ada orang yang jagain rumah ini gak sih ?”

Putra menjawabnya “Yang jaga siapa, orang rumah ini udah lama kosong, kalau setan mungkin kali ada ya hahaha”

Putra bercanda ke kita agar kita gak merasa ketakutan, tapi yang ada malah cewe-cewe semakin takut, Acha membalas candaan putra,

“Eh-eh serius yang bener ngomongnya, jangan bikin kita-kita tambah takut aja.”

April menyeruh putra untuk mengeceknya ke belakang “Put lo cek deh kebalakang ada apaan, lo kan yang punya rumahnya.”

Putra bilang ke April “Sama lo juga dong temenin gue,lo kan punya indra ke- 6, walaupun ini rumah gue, tetep aja gue takut kalau yang kaya ginian mah.”

Putra dan April pun mengecek ke taman belakang, dan ketika mereka berdua ke taman belakang, tiba-tiba yang di dalam dikejutkan dengan sesosok bayangan putih yang melawan di lantai atas. Fitri, Diva, Farhan, dan Evan yang melihatnya langsung teriak ketakutan,

“Astafirullah... itu putih-putih apa tuh yang lewat.”

“AAHHH !......” (cewe-cewe pada histeris ketakutan)

Anak-anak  lain yang kaget mendengar teriakan mereka langsung bertanya
“Eh ada apaan sih teriak-teriak ?”

Fitri dengan nada ketakutannya bilang “Itu gue tadi di atas liat ada bayangan putih lewat.”

Evan menyambung omongan Fitri “iya bener, gue juga tadi ngeliat bayangan putih itu.”

Farhan menambahkannya “Wah jangan-jangan ini yang tadi dibilang April nih.”

Sekar penasaran bertanya “Emang tadi kenapa Han ?”

Farhan menjawabnya “Tadi juga gue ngeliat lampu di kamar atas nyala sendiri, tapi gak ada bayangan apa-apa sih, terus kata Apri emang di atas ada penunggunya.”

Sidik bilang “Waduh suasananya mulai menyeramkan nih.”

Dan anak-anak cewe yang lain pada minta pulang
“Udahlah pulang aja yuk, udah malah juga nih, gue takut.”

Desi bilang “Yuk lah pulang aja, latian lagi juga percuma kita-kita pada ketakutan begini bikin gak focus aja.”

Putra dan April masuk kembali menghampiri kita
“Eh ada apaan sih ribut-ribut ?”

Fani bilang “Tuh anak-anak pada ngeliat bayangan putih lewat di lantai 2.”

Gue bertanya ke Putra dan April “Eh yang lo liat tadi di belakang apaan ?”

April menjawabnya “Gak ada apa-apa kok, pas kita berdua kesana juga suaranya udah ilang, yang ada yang gue denger malah suara lo semua pada ribut.”

Sidik bilang “Wah kayanya udah mulai gak aman nih, anak-anak juga maunya pada pulang aja.”

April bilang “Ya udah deh bener juga, mendingan pulang aja, gue lihat juga ini kayanya suasana dan auranya semakin gak baik juga.”

Putra sebagai KM kelas kita memberi komando “Ya udah deh kalau gitu pulang aja, udah malam juga. Yuk beres-beres dulu terus cepetan pulang.”

Kita-kita pun langsung bergegas beres-beres barang bawaan kita, dan lari secepatnya keluar dari rumah ini. Setiba di parkiran ketika kita udah siap-siap mau pulang, tiba-tiba si Evan ada yang ketinggalan,
“Eh bentar-bentar, kayanya gue ada yang ketinggalan nih ?”

Putra bilang “Apa Van ? buruan sebelum gue gembok nih pagernya.”

Evan bilang “Step kontak buat speaker Put, ketinggalan di dalam.”

Gue bilang “Udah lah biarin aja, step kontak ini tinggal beli lagi aja besok.”

Evan bilang “Beli lagi gimana ini step kontaknya beda, besok pagi itu step kontak dipake buat pra pentas, tanpa step kontak itu speaker gak bakalan nyala.”

Putra bilang “Ya udah deh cepetan buruan Van, ambil step kontaknya.”

Evan bilang “Ya Put, Mi temenin gue yuk.”

Gue bilang “kita berdua aja nih yang masuk ? April mana April..” (Gue berharap April mau nemenin kita berdua masuk lagi.)

Sekar bilang “April udah balik dijemput sama Dewo, ya udah deh gue temenin, lo cowo-cowo gitu aja takut.”

Gue bilang “bukannya takut, gue cuma merasa merinding doang.” (Dengan tampang sok berani)

Dan kita bertiga pun masuk kembali ke rumah kosong ini, disaat kita masuk dari pintu garasi suasana menyeramkan mulai kerasa dengan kondisi ruangan yang sangat gelap, dan ketika mulai memasuki ruang tengah gue komat-kamit baca ayat kursi, dan gue menarik Evan yang di belakang gue untuk jalan paling depan,
“Van, lo duluan yang jalan.”

Evan bilang “Iya iya, ini anak takutan banget sih.”

Sekar ikutan bilang “Iya tuh tau, padahal muka lo bisa dijadiin tameng buat kita Mi, untuk nakut-nakutin mereka hahaha.”

Gue bilang “Udah deh gak usah banyak bercanda buruan jalan, terus ambil tuh step kontak dan keluar lagi.”

Dan ketika kita lewat di depan tangga, kita melihat lampu kamar atas udah mati lagi, padahal tadi sebelum kita keluar semua, gak ada orang yang naik ke atas buat matiin tuh lampu. Gue bilang,

“Eh liat tuh lampu kamar atas udah mati aja, buruan deh Van lo ambil step kontak itu, lo tadi taruh di mana ?”

Sekar bilang “Ini anak bawel banget sih, gue yang cewe juga biasa-biasa aja.”

Evan bilang “Gue tadi taruhnya di belakang deket dapur.”

Dan kita pun langsung menuju ruang makan dan mengambil step kontak itu, ketika kita udah mengambilnya tiba-tiba terdenger kaya ada suara air ngocor dari keran. Sekar yang mendengarnya bilang,
 “Eh kaya ada suara air ngocor tuh.”

Gue bilang “Tuh kan lo aja ketakutan baru juga denger suara air.”

Sekar bilang “Eh serius deh, dengerin tuh.”

Gue bilang “Eh iya benaran ada suara air ngocor, ke dengeranya sih dari dapur tuh suaranya.”

Evan bilang “Yuk lah buruan keluar, udah dapet nih step kontaknya juga.”

Kita bertiga pun langsung cepet keluar dari rumah ini, ketika nyampe di garasi mau pake sandal, tiba-tiba sandal gue ilang satu. (Ini sandal suasana lagi genting kaya gini pake acara ilang-ilang segala, gak bisa diajak kompromi banget nih) Dengan kondisi ruang yang cukup gelap gue sibuk mencari sandal, gue bilang ke Evan dan Sekar,

“Eh bentar keluarnya bareng tungguin gue, sandal gue satu lagi gak tau kemana nih, Van nyalin deh senter di HP lo, bantuin nyari sandal gue.”

Setelah Evan menyalakan senternya gak taunya sandal gue keinjek sama kaki gue yang udah pake sandal, Evan bilang,

“Eh go blog, itu sandal lo ke injek sama kaki lo sendiri.”

Gue bilang “Lah sih, pantesan kaki gue ngerasa  grenjel-grenjel gini, dikira gue nginjek keset,eh gak taunya ini sandal gue sendiri.”

Sekara bilang “Ah lo Mi,bikin heboh sendiri aja, yuk lah buruan keluar.”

Setelah gue mendapatkan lagi sandal gue, kita bertiga langsung keluar dari rumah dan mengunci pintu garasinya. Putra dan Fani yang menungu di depan pager nanya ke kita
“Heh kenapa lo,keluarnya kaya orang ketakutan gitu ?”

Sekar bilang “Serem banget sih Put rumah lo, udah deh tar aja ceritanya.”

Dan gue bilang “Buruan-buruan pulang dari sini, gue gak mau lagi masuk rumah ini Put.”


Dan kita semua pulang ke rumah masing-masing jam setengah 11 malam lebih.

Sory ya tulisannya kepanjangan, dan gue hanya bisa mengucapkan terimakasih kepada lo (Iya kamu, yang sekarang ada dihadapan aku) yang udah mau menyempatkan waktunya untuk membaca cerita gue, sampai dengan kata yang terakhir ini.

Bersambung...

10 komentar:

  1. Semakin seru ya di masing masing episode nya hehe semoga aja gak capek nulis dan terus berlanjut ke episode episode berikutnya

    Wah jangan jangan si putra pengen jadiin kalian sebagai tumbal lagi hahaha

    Kan sebenernya bisa aja kan cari tempat lain yang lebih aman gitu gak perlu nyari yang tempat horor gitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oke siap gus, makasih.

      bisa jadi kali ya :D

      awalnya kita-kita juga gak tau kalau rumah ini udah kosong lama dan keliatan angger.

      Hapus
  2. Baca ginian pas sendirian bikin olahraga jantung tau, untung gak ada kejutannya. Kalo menurutku tugas kelompok biasa aja malah menakutkan apalagi pas disuruh presentasi..

    Jadi penasaran gimana hasil pementasan kelompoknya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha sekali-kali bolehlah buat terapi jantung.

      hasil pementasannya sangat memuaskan dan sempurna. bisa dapet 2 jempol dari guru senbudnya. hehehe

      Hapus
  3. Kalau tugas kelompok sebenernya idealnya 3 orang
    1 cari materi
    1 ngetik
    1 mikir
    tapi kalau banyak banyak.. efeknya lupa mala asik ngobrol dll
    pengalaman saya hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya itu kalau tugasnya presentasi kita dikasih kelompoknya 3-5 orang, kalau ini kan senbud jadi banyakan, biar hemat waktu dan biayanya. hehehe

      Hapus
  4. eh kampret, gue jadi ngeri sendiri bacanya sambil ngebayanginnya. itu si april, lgsg ngacir aja lagi yak, tanpa dosa.

    yah, enaknya tugas kelompok gitu sih. apalagi klo gue sklompok sa orang yg rajin. gue nya becanda, yg rajin itu yg ngerjain. nikmat banget. tapi klo satu klompok isinya org'' males, yah harus buru'' sadar diri sih. lo berada di posisi sbgai cowo lemah yak. hahaha, DASAR COWO LEMAH!!! RAPUUH!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. :D tenang-tenang tarik napas dalem-dalem dulu. hehehe

      iya kalau sama orang yang pinter,kita kerjanya lebih santai enak. tapi kalau sama orang yang segolongan itu harus ekstra lebih lagi hahaha

      ya aku mah apa atuh :D

      Hapus
  5. Sekelompok dengan orang rajin adalah sebuah keberuntungan yang banyak diharapkan kalo lagi ngerjakan tugas kelompok.

    Cuman begitulah, gue pernah sekelompok 6 orang. Yang 3 ngerjain, sisanya ketawa-ketawa biadab. Tapi bgitulah adanya, mau gimana lagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya gue juga setiap pembagian kelompok selalu berdoa dan berharap dapet temen yang rajin dan pinter,biar kerjanya santai :D

      tapi kan ketawa biadad juga tujuan untuk menghibur mereka biar gak terlalu stres mikirin tugasnya hehehe

      Hapus