Episode : Tantangan sebelum kenaikan kelas
Setelah selesai ulangan kenaikan
kelas bukan berarti kita bisa bebas dan santai begitu aja, masih ada beban yang
harus kita tempuh lagi. Seminggu menjelang pembagian rapot kita diwajibkan
untuk mengikuti kegiatan PAKSA (Pendidikan Akhlaq dan Kedisiplinan Siswa
Angkatan), ya agenda tahunan wajib di sekolah kita bagi anak kelas X yang akan
naik kelas ke kelas XI, kegiatan ini sejenis OSPEK.
Ya mungkin ini satu-satunya
sekolah di Indonesia yang mengadakan OSPEK lagi bagi siswanya yang akan naik
kelas ke kelas XI. Tujuan diadakannya tradisi ini itu untuk meningkatkan akhlaq
dan kedisiplinan kita demi menjaga nama baik sekolah. Tapi bukan hanya itu saja,
di kegiatan ini kita juga dituntut kekompakan dan kebersamaannya dalam satu
angkatan.
Acara ini diumumkannya pun
mendadak, hari senin setelah upacara, kita dikasih tau bahwa mulai besok 3 hari
kedepan bakalan diadakan PAKSA. Mengingat waktu yang sangat singkat kurang dari
24 jam yang diberikan oleh panitia untuk mempersiapkan semua perlengkapan yang
dibutuhkannya, ditambah beban remedial dan tugas akhir yang harus diselesaikan
hari ini juga sebelum kegiatan PAKSA dimulai.
Pikiran kita pun mulai gak karuan
mana dulu yang harus didahulukan, udah gitu sesajen (perlengkapan paksa) yang
diberikan oleh panitia lebih ribet dari kegiatan OLS kemarin. Ya mulai dari
papan nama yang bentuk ukuranya harus tepat berdiameter 20,7778899 cm + ukuran
fontnya 8,99967 cm.
Bukan hanya itu saja dari papan nama aja kita
mulai dari warna kertas asturonya harus warna ungu yang sejenis disamakan satu
angkatan + ditambah tulisan tanganya harus sama gak boleh beda (ya mau gak mau
harus ada satu orang dari angkatan kita yang merelakan menulis nama di papan
nama sebanyak 352 papan).
Keribetan bukan hanya disitu aja,
untuk mengisi dan menulis di buku Idenditas paksa, mulai dari mengisi identitas
diri, menggambar burung garuda pancasila, logo sekolah, menulis lagu mars dan
hyme sekolah ini harus satu jenis tulisan tangan, tapi untungnya untuk buku
identitas ini cukup disamakan dengan satu kelas aja gak sampe satu angkatan.
Kalau satu angkatan kasian juga
tuh yang kebagian nulis buku ini, bisa-bisa tanganya langsung keriting. Ya
mengingat tulisan tangan gue jelek, gue bersyukur gak disuruh nulis papan nama
atau buku idenditas. (Bersyukur dengan kekurangan yang kita miliki)
Kalau gue yang disuruh nulis udah
deh acara paksa cukup diadakan satu hari aja, karena pada saat panitia baru
liat tulisan tangan gue mereka besok-besoknya bisa langsung sakit mata deh
hahaha.
Beban bertambah ketika kita
disuruh bikin nama angkatan berserta logonya, dan nama kelas berserta logonya, disaat
kita ditanyakan oleh panitia kita hatus bisa menjawab dan hafal filosofi
dari nama dan logo yang kita buat.
Kalau gak bisa jawab atau gak hafal nama
angkatan dan filosofinya, maka konsekuinsinya push 10 kali satu angkatan, lah
kalau yang gak hafal semua anak berarti kita harus push up sebanyak 10 x 352 =
3520 dalam sehari, waduh bisa gempor nih kita-kita.
Karena tulisan gue jelek, gue, Bakti,
Herdi dan beberapa dari anak kelas lain bertugas membeli makanan untuk sesajen
besok, karena satu angakatan makanannya harus sama mulai dari berat nettonya
dan jenisnya kita-kita pun langsung memborongnya dari Pabrik sebanyak 352 roti
dan Air mineral yang logonya diganti dengan logo mata air smanda.
Mulai dari jam 9 pagi sampe jam 7
malam, kita-kita masih sibuk mempersiapkan perlengkapan buat paksa besok, untungnya
berkat kerja sama dan kekompakan antar kelas, semua perlengkapan buat besok
bisa terselesaikan.
Di acara paksa ini kita gak
disuruh datang ke sekolah jam 5 pagi dan harus melewati pos 1 terlebih dahulu
untung meminta tanda tangan, kita pun berangkat seperti biasanya masuk jam 6.45
pagi, tapi ada yang beda pada saat itu ketika berangkat ke sekolah.
Hanya kita satu-satunya siswa
yang berangkat ke sekolah dengan atribut ospek, mulai dari tas kantong kresek
warna ungu berserta papan namanya,handuk good morning yang diselipkan di
belakang celana,di tambah potongan rambut kita yang rapih. Berbeda dengan
anak-anak sekolah lain yang keliatan santai dilihat dari raut wajah dan
penampilanya, sedengkan kita keliatan tegang diliat dari penampilan dan raut
wajahnya.
Sesampe di depan gerbang sekolah
seperti biasanya kita langsung di bentak dan sebagainya oleh panitia yang baik
hati ini (tapi sayang untuk acara paksa ini mereka lagi gak baik), tapi kita
udah terbiasa dan gak kaget lagi, ya walaupun ketegangan masih tetep ada dibenak
kita. Memasuki lapangan dari semua sudut sekolah, semua mata tertuju pada kita
yang dibariskan di lapangan, ya disaat itu juga kita dijadikan tontonan gratis
untuk kakak-kakak kelas kita.
Setelah upacara pembukaan
selesai, barulah keseruan dan ketengangan acara paksa ini dimulai, satu kata
yang sudah tidak asing lagi di telinga kita tapi diharapkan tak pernah
diucapkan sama sekali oleh panitia, akhirnya keluar juga
“PANITIA TURUN !”
Sorakan dan tepukan tangan dari kakak-kakak
kelas yang sedang menonton mengantarkan kita ke dunia kegelapan. Para panitia
pun mulai masuk ke dalam barisan kita sambil memanggil nama-nama kita
“Reza... Wahyu... Tiara... mana
suaranya ?”
Salah satu panitia mendekati gue
dan memanggilnya “Fahmi...”
Dengan tegas gue jawab “Siap !”
Panitia bertanya “Yang nulis
papan nama kamu siapa ?”
Karena gue gak tau sama sekali
siapa yang nulis, dengan mudahnya gue bilang
“Gak tau Mas.”
Tiba-tiba panitia langsung
membentak gue “kok kamu bisa gak tau ?”
Gue jawab “ya mas, waktu kemarin
saya ditugasin beli makanan, dan ketika saya pulang lagi tau-tau ini papan nama
udah jadi aja dan langsung dikasihin ke saya.”
Panitia bilang “berarti kamu
tandanya gak berterimakasih dan menghargai orang yang telah membantu kamu. Sana
kamu cari tau, siapa yang nulis papan nama ini.”
Gue cari tau tanya-tanya ke temen gue, gue
tanya ke Tama “Tam,lo tau gak papan nama siapa yang nulis ?”
Tama jawab “Gak tau juga mi, gue
tau jadinya aja.”
Karena Tama gak tau,gue coba
tanya ke Herdi “Her,lo tau gak yang nulis papan nama siapa ?”
Herdi bilang “gue juga gak tau
mi,lo kan tau sendiri waktu kemarin gue pergi sama lo,tau-tau pas balik lagi, ini papan nama udah jadi aja.”
Gue udah tanya-tanya ke anak-anak
kelas, tapi gak ada yang tau siapa yang nulis ini papan nama, gue pun balik
lagi ke barisan. Panitia yang tadi datang lagi ke gue
“udah tau belum siapa yang nulis
papan nama kamu ?”
Gue bilang “gak tau mas, saya
udah nanya-nanya ke yang lain tapi gak ada yang tau juga.”
Panitia bilang “berapa orang yang
kamu tanyain ?”
Gue jawab “6 orang mas.”
Panitia bilang “ya udah, 6 X 5
berapa ?
Gue jawab “30 mas.”
Panitia menyuruh gue “kamu push
up 30 kali, itu kesalahan kamu sendiri yang gak tau siapa yang nulis papan nama
ini.”
Dengan pasrah gue pun menuruti
perintah panitia push up sampe 30 kali, untung masih pagi matahari belum diatas
kepala, ya udah deh itung-itung olah raga pagi, tapi tetep aja yang namanya
push up 30 kali membuat tangan gue sampe gempor.
Setelah evaluasi lapangan pagi,
di kelas gue ngobrol dengan anak-anak cowo, Bakti memulai pembicaraan
“eh Her lo kok tumben, gak takut
lagi kena sinar matahari ?”
Si Ardi ikutan ngeledek Herdi
“iya Her,lo kan biasanya kalau kena sinar matahari langsung meleleh kaya ice
cream hahaha.”
Gilang menambahkan omongan Ardi
“pake obat China dari mana loh, bisa gak meleleh kena sinar matahari.”
Herdi menyanggah mereka “kali ini
gue terpaksa, relain kulit gue meleleh kena sinar matahari, tapi salama acara paksa
kalau ditanya sama panitia, gue gak bakalan jawab apa-apa.”
Gue bilang “Serius lo, gimana
caranya terus kalau kena marah gimana ?”
Herdi bilang “ya udah diem aja, gak
ngomong-ngomong apa, biarin aja kalau panitia marah-marah ngomong apa, gue mah
mau tetep diem aja.”
Bakti bilang “Eh Her,udahlah gak
usah macem-macem ,tar malah kita-kita lagi yang kena.”
Herdi bilang serius ke kita “udah
lo semua santai aja, gue gak bakalan bawa-bawa kalian. tenang aja.”
Selama Paksa Herdi ketika
ditanyain oleh panitia dia lebih melilih untuk tutup mulut dan gak
menanggapinya. Waktu evaluaisi ruangan, gue lihat Herdi ditanyain sama panitia
dia diem aja gak jawab sama sekali. Sampe-sampe panitia ngegebrak meja dan
menyeret dia ke belakang agar mau berbicara,tapi dia tetep gak mau bersuara
sedikit pun.
Gue waktu itu ditanyain sama panitia
“Fahmi, kenapa teman kamu gak mau bicara sama sekali ?”
Gue jawab “gak tau mas.”
Panitia bilang “coba kamu bujuk
dia suruh bicara.”
Gue dan beberapa temen kelas
mencoba membujuk Herdi untuk bicara, tapi tetep dia gak nanggapin kita-kita
ngomong. Lama-lama panitia merasa bosan dengan Herdi yang gak mau bicara sama
sekali, hingga pada akhirnya mereka pergi meninggalkan kita.
Gue salut sama ini bocah, sikapnya
yang diem membuat panitia-panitia lain enggan berbicara dengan Herdi. Ya Herdi
gak mau bicara pada saat evaluasi beralasan agar tidak menjadi inceran para panitia.
Keesokan harinya setelah apel
pagi,kita berolah raga bersama dengan bersenam pagi. Disenam pagi ini kita
bakalan dipandu oleh intrukstur senam yang dipanggil dari anak kelas X secara acak
dan bergantian, waktu itu gue gak nyangka sekali nama gue disebut dan disuruh
maju menjadi intrukstur senam .
Ketika nama gue dipanggil “Fahmi
dari kelas X 11”
Temen-temen kelas gue bertepuk
tangan sambil menyoraki, gue pun maju dengan kaget dan bingung mau kaya gimana
tar senamnya. Setelah gue naik ke atas mimbar,tiba-tiba gue karasupan hantu
k-pop dan gue inget gerakan dance kelompok gue yang ketika itu menampilkan
dance wondergirl.
Ya gue pun langsung
mempraktekannya di depan, lalu temen-temen satu angkatan gue mengikuti gerakan
gue, dan diendingnya gue tiba-tiba
kerasupan hantu Michael Jakson dengan menari sambil memutar badan lalu tarik
cangcut ke depan.
Gerakan senam gue pun membuat
terkejut seluruh panitia dan temen satu angkatan, yang gak menyangkanya gerakan
senam gue bisa seheboh itu, tapi walaupun begitu mereka malah senang dan
terhibur dengan gerakan senam gue.
Dan siang harinya kita lanjut ke
evaluasi lapangan lagi. Sudah 2 hari Herdi tidak mau berbicara dengan panitia
ketika evaluasi, dan aksinya membuat panitia geram dengan perbuatannya yang
menganggap panitia ini seperti tembok. Ketika evaluasi lapangan Herdi dikerubuni
dengan beberapa panitia, dia dihentak dengan berbagai perkataan.
“Herdi,Herdi,HERDI....”
“Woy kamu budek apa bisu, kita-kita
ngomong gak diladenin.”
“Woy... kamu anggap panitia ini
tembok,kalau ada panitia ngomong tuh JAWAB....”
Hentakan panitia belum membuat
Herdi berbicara, hingga pada akhirnya panitia ngasih ancaman ke kita
“Perhatian semuanya, kalau sampe
hari ini Herdi belum juga mau berbicara. Maka kita akan ngasih konsekuensi massal
satu angkatan.”
Ancaman dari panitia,membuat
kita-kita berusaha untuk membujuk Herdi agar mau bicara dengan panitia, tapi tetep aja
Si Herdi masih keras kepala dengan aksi mogok bicaranya, bujukan kita-kita yang
gak berhasil membuat panitia memberikan Konsekuensi massal berupa push up 10
kali ditengah-tengah panasnya matahari.
Kita udah siap dengan posisi pusp
up, panitia memberi aba-aba
“Hitungan ada disaya”
kita yang mendengar hitungan dari
panitia langsung push up sambil berteriak
“Viva smanda”.
Gue lihat Bakti masih berusaha bujuk Herdi, dan
untungnya bujukan Bakti berhasil membuat Herdi mau bicara dengan panitia
“STOP... Cukup push upnya Mas”
mendengar Herdi kembali bersuara,
panitia langsung menghentikan push up kita. Ini anak kenapa gak dari tadi
ngomongnya, kita-kita udah cape push up sampe 5 kali baru deh mau ngomong.
Setelah Herdi kembali bersuara lagi, dia langsung dikerubunin dengan beberapa
Panitia
“Heh,kenapa kamu selama 2 hari
ini kamu diem aja, kita-kita ngomong gak pernah diladenin.”
Herdi dengan santainya dia bilang
“Karena diam itu emas, mas”
Panitia malajutkan omongan Herdi
“Ya emas itu kuning, Kuning itu tai.”
Herdi dengan lugunya
menanggapinya “Berarti saya itu tai dong mas.”
Panitia ngebentak Herdi “Ya kamu
emang tai, temen-temen kamu diancam sampe push up, kamu baru mau bicara.”
Setelah Herdi kembali lagi mau
berbicara, hari-hari berikutnya sampe dengan acara paksa selesai. Kita
mengikuti kegiatan ini seperti biasanya lagi, mulai dari datang pagi langsung
menuju lapangan untuk melaksanakan apel dilanjut dengan evaluasi lapangan, dimana
Mas-Mba panitia yang tadinya baik hati ketika mendengar mantra
“Panitia Turun”
Langsung berubah menjadi monster
yang mengerikan, hingga pada akhirnya kita mendapatkan konsekuensi berupa Push
up atau memakan minyak ikan, yang dulu ketika OLS ini kita memakannya masih
ragu-ragu. Terkadang ketika kita memakanya sampe apa yang telah kita makan bisa
keluar kembali dari mulut kita.
Tapi kini kedua konsekuensi
tersebut sudah menjadi hal yang biasa bagi kita. Dan setelah Acara Paksa selesai, kita-kita
menerima rapot kenaikan kelas, dan kini kita telah melewati selama 1 tahun masa
putih abu-abu di sekolah ini.
Setahun berberlalu melewati masa putih abu-abu bersama anak-anak SEPSEB, berawal dari nama inilah semua cerita kita dimulai,begitu banyak kenangan dan tantangan yang kita lalui bersama,dan karena itulah kita bisa belajar arti kebersamaan,kekompakan,dan keluargaan. Bersambung...
Sisaan kenangan :
foto kawinan,eh bukan ding foto keluarga SEPSEB
nama-nama anak SEPSEB
eksis ketika kelas kosong
upacara hari guru
foto bersama walikelas tercinta di hari guru
foto studio
nama-nama anak SEPSEB
Ada yang ulang tahun nih
Syukur ya tulisannha jelek. Kalo nggak gempor kali nulis 352 kali, aturannya juga absurd banget.
BalasHapusSi herdi psti udah beli krim tabir surya paling mahal nakanya tahan panas gitu. Acaranya nginep gk sih?
gila kalau nginep gue gak kebayang bakalan gimana nasib gue nanti,acaranya gak nginep cuma dari pagi sampe sore aja.
HapusPanatia lu kenapa pada galak gitu.
BalasHapusTerus Sampe harus nulis nama di 352 papan. Sadisss.
Eh, sejak kapan K-pop jadi ajang buat senam. :D
Dari awal cerita. yang buat gue ngerasa heran. Herdi selalu jadi ajang buat pelampiasan. :D
Tau tuh kerasupan apa :D
Hapussejak gue nama gue dipanggil jadi instruktur senam, gue yang pertama memulainya :D
Si Herdi bukan jadi pelampiasan kok,di cerita ini dia sebagai tokok pendukung dan penghibur. hehehe
viva samanda..
BalasHapuswahahaha, kasian amat udah push up 5 kali tiba-2 baru si herdi bersuara.
panitia kalau pms begitu tuh ya, rada killer.
masa sma memang nyess banget.
gue jadi pingin lebih menghargai masa-masa sma ini...
Hahaha Panitia cowo bisa juga ya pms :-) baru denger gue :D
HapusPanitiannya minta dikerjain balik tuh. Ini cuma saran aja yaa, kalo ga berani gak usah dikerjain. Tapi lebih baik mah, iya. Ngeselin sih. Sok galak gitu. Hahaha.
BalasHapusDan kampretnya, penasaran gue terjawab dengan jawaban ngehek dari seorang herdi. Gue kirain kenapa tuh makhluk diem aja diajakin ngomong. Sampe bertahan 2 hari pula. Eh, ternyata salah pemahaman makna diam itu emas. -,-
gue juga gak tua si herdi dapet bisikan dari mana kalau diem itu emas.
HapusHahaha parah-parah-parah.
BalasHapusHarus bnyak2 bersyukur tuh. Pake sujud syukur sekalian. Untung tulisannya jelek tuh...
Alhamdullilah... hehehe
HapusGIlaaaak boleh juga sekolahnya. Baru tau ada yang begitu.
BalasHapusItu kasihan banget deh yang nulis papan nama. Kenapa nggak bayar joki aja? Hahaha.
Si Herdi luar biasa. -__- "Karena diam itu emas". Pffft.
Udah muak sama ospek-ospek gitu. Tapi memang seru,ya. Kalo ospeknya bener, pasti anak-anaknya terbentuknya baik. Kompak, Kekeluargaannya dapet. Duh. Asik banget.. PAsti nanti bakalan kangen banget kalo udah pada mencar. :D
Nikmati masa sekolahmu, Nak! Tua banget kalimat aku barusan. Hahaha. Gak kok. Aku juga masih muda. #ApaIni -_-
Viva Smada!
iya memang ketika kita semua berpencar,ada yang dikangen dari mereka.
Hapusciye ada orang tua :D
VIVA !
Sepertinya sekolahmu doyan banget ngeospek adik kelas ya, belum puas dengan siksaan pertama kali masuk sekarang dibuat lagi PAKSA, bahkan lebih kejam dari ospek yang pertama kayaknya. Sesajennya susah, bikin papan namanya dipersulit. Kasihan banget pokoknya yang jadi adik kelas :p
BalasHapusLagi-lagi Herdi sial. Tapi salah dia sendiri sih, masa nggak jawab pas ditanya, aku dulu juga maunya gitu, kalo disentak kakak kelas pengenya aku cuekin, tapi nanti kakak kelasnya malah tambah ngamuk :D
iya udah jadi tradisi sekolah gue, biar anak didiknya pada disiplin dan bisa jaga nama baik sekolah.
Hapus